Senin, 17 September 2007

SPN Lebih Menguntungkan daripada SBI
* Penawaran SPN Melonjak 600 Persen

"Bagi para investor yang penting yield di atas cost mereka, selisih 1 sampai 2 persen pasti diambil"

Pardomuan Sihombing, Analis Pasar Uang

JAKARTA, TRIBUN- Inilah instrumen investasi baru yang menggiurkan. Namanya Surat Perbendaharaan Negara (SPN). Lelang perdana SPN digelar Departemen Keuangan melalui sistem lelang yang berlaku di Bank Indonesia, Selasa (29/5). Peminat sangat banyak, bahkan melebihi target enam kali lipat. Nilai SPN bernomor seri SPN2008052801 yang ditawarkan hanya Rp 2 triliun, sedangkan penawaran dari 14 bank-bank dan 4 sekuritas mencapai Rp 12,8815 triliun.

"Bank pun hitung-hitungan, cost mereka antara 6-7 persen. Dengan diberi yield sebesar 8,496 persen masih menarik untuk mereka. Masih ada spread besar bagi mereka. Saya melihat, SPN bebas risiko dan yield lebih tinggi dari deposito. Bagi para investor yang penting yield di atas cost mereka, selisih 1 sampai 2 persen pasti diambil. Yang penting aman daripada dibelanjakan untuk kredit investasi yang berisiko tinggi," ujar analis pasar uang, Pardomuan Sihombing, kepada Tribun, kemarin.

Kepala Biro Hubungan Masyarakat Departemen Keuangan, Samsuar Said melalui keterangan pers, Selasa (29/5) mengatakan, hasil lelang Surat Perbendaharaan Negara nomor seri SPN2008052801, jumlah penawaran yang masuk senilai Rp Rp12,8815 triliun. Imbal balik atau yiled terendah yang masuk adalah 8 persen dan yield tertinggi 10,625 persen, dengan rata-rata yield 9,3865 persen. Namun pemerintah hanya mengambil SPN senilai Rp 2 triliun dengan yield 8,49656 persen.

Pardomuan menerangkan, banyaknya penawaran peserta lelang SPN, karena para investor terutama bank-bank besar merasa gerah memarkir pada instrumen Sertifikat Bank Indonesia. Belakangan pemerintah sering marah kepada investor, termasuk bank bahkan dana APBD menganggur di SBI. Dana ditaruh di SBI dengan harapan aman, dan masih mendapat suku bunga sebesar Rp 8,75 persen.

Faktor besarnya penawaran ini juga didorong keberatan pemerintah ketika dana APBD dan perbankan banyak menganggur di SBI. Sejauh ini ada sekitar Rp 200 triliun dana parkir di SBI. Di antaranya, kata Senior Gubernur Bank Indonesia, Miranda Gultom dari daerah ada sekitar Rp 90 triliun. Banyaknya dana parkir di SBI sering diprotes pemerintah, seperti beberapa waktu lalu, Wakil Presiden mempersoalkan besarnya dana Bank Central Asia (BCA) yang disimpan di SBI.

"SBI sebagai instrumen yang digembar-gemborkan pemerintah menguras uang. Setelah menumpuk di BI, uang tidak digerakkan (idle money). Nah, para bank mencari instrumen yang baru yakni surta perbendaharaan negara ini, menggantikan SBI. Sementara ini saingannya masih di SUN. Pemerintah sendiri berharap SPN ini sebagai pengganti SBI indikator risk free dan benchmark baru," kata Pardomuan.

Dana SPN digunakan pemerintah untuk dana pembangunan, selain mengandalkan surat utang negara (SUN). Surat utang negara lebih bersifat jangka panjang, dan SPN instrumen jangka pendek (12 bulan ke bawah), atu disebut instrumen pasar uang.

Nominal akan dijual ke masyarakat seperti obligasi negara ritel (ORI) Seri 001 yang pernah dijual tahun lalu dengan nominal Rp 1 juta per kupon, dengan pembelian minimal 5 kupon dan maksimal 50 kupon.

"Kalau bisa dipecah menjadi nominal Rp 1 juta, ini juga menarik bagi masyakartak dibandingkan deposito. Jika SPN dengan yield 8,496 persen, sedangkan pasarannya deposito sekitar 6-7 persen yang kalu dipotong pajak 20 pesen, menjadi 6,86 persen net," tandas Pardomuan.

Dihubungi terpisah, Mirza Adityaswara, Head of Research & Banking Analyst, Bahana Securities, imbal balik surat perbendaharaan negara (SPN) yang dipatok sebesar 8,496 persen masih lebih menarik dibandinkan SBI yang berlangsung saat ini. "Apalagi SBI diperkirakan terus turun dari SBI tiga bulan yang saat ini 8,7 persen atau SBI 1 bulan 8,75 persen akan terus mengecil. Jadi prediksi orang akan beralih kepada SPN ini," ujar Mirza.

"Mirza juga mengatakan perbankan dan sekuritas menggemari karena waktu jatuh temponya sangat pendek. 'Kalau orang mau menaruh uang untuk 30 tahun, tentu yang jangka pendek, seperti SPN untuk jatuh tempo satu tahun sangat mau," kata Mirza. (Persda Network/amb)

* Dimuat Harian Tribun Jabar, 30 Mei 2007

Surat Perbendaharaan Negara

* Yield rata-rata tertimbang 8,49656 persen
* Jumlah nominal yang dimenangkan Rp2.000.000.000.000
* Tanggal jatuh tempo 28 Mei 2008
* Tanggal setelmen/penerbitan 30 Mei 2007
* Bid-to-cover-ratio 6,44 persen


Penawaran Peserta Lelang


* Jumlah penawaran yang masuk Rp12.881.500.000.000
* Yield terendah yang masuk 8 persen
* Yield tertinggi yang masuk 10,625 persen

Tidak ada komentar: