Jumat, 28 September 2007





Fotoscreen
Dua berita Irawady di Kompas Cyber Media, Rabu dan Kamis (26-27/09/07) tulisan empunya blog ini


Istri Irawady Joenoes: Ya Allah, Kuatkan Hati Kami

KOORDINATOR Bidang Pengawasan Kehormatan, Keluhuran Martabat, dan Perilaku Hakim Komisi Yudisional Irawady Joenoes dibekuk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) saat tertangkap basah menerima sejumlah uang dalam transaksi penyuapan di Jalan Panglima Polim, Jakarta Selatan, Rabu (26/9) sekitar pukul 13.00 WIB.

Namun hingga malam, tidak seorangpun pihak keluarga yang mengetahuinya. Wartawan Persda Network Domuara Ambarita berhasil mewawancarai Siti Farida, istri Irawady yang berada di Jakarta, dan Nurul, anak angkat mereka tinggal di Palembang. Perbincangan dengan Siti Farida berlangsung dua kali. Pertama pukul 17.00 WIB, dan kedua selepas magrib.Berikut petikan wawancaranya.

Selamat sore. Posisi Suami anda, Irawadi Joenoes ada di mana sekarang?
Sekarang ada di Jakarta.

Semoga dalam keadaan baik ya?
Ya, bapak sehat-sehat saja sampai tadi pagi. Kami masih sahur bersama, dan berangkat dari rumah pun kami bersama-sama. Bapak mau ke kantor, saya mau belanja.

Apakah ada informasi yang sampai kepada Anda bahwa suami terlibat suatu masalah?
Sama sekali saya tidak tahu.


Kami memeroleh informasi, suami anda sedang diperiksa di KPK karena tertangkap basah menerima uang sogokan. Apakah anda tahu?

Saya tidak tahu sama sekali. Dari mana anda tahu?

Kami dengar Irawady terkena kasus menerima suap dalam jual beli tanah.

Selama ini tidak pernah menangani kasus tanah.

(Perbincangan malam) Apakah Anda sudah mendapat kabar terakhir soal suami?

Ya Allah, teleponnya itu sama sekali tidak bisa dihubungi. Barangkali ada 20 kali saya telepon tidak bisa masuk. Saya sendiri jadi senewen loh. Cuma, ya Allah, kuatkan hati kami. Nggak ada hujan, nggak ada angin, kok jadi begini.

Apakah biasanya suami mudah dihubungi?

Iya. Cuma kadang-kadang curiga. Dia itukan sudah tua. Bapak juga nggak telepon seharian ini

Selama ini kesannya, suami Anda terkenal vokal dan jujur. Bagaimana sebetulnya?
Ya allah, itu betul. Tidak masuk akal kalau yang bapak sebut terlibat korupsi.

Dalam kasus ini, KPK menyebut suami Anda terlibat dalam kasus pembelian tanah senilai Rp 50 miliar untuk kantor di Kramat. Mungkin bapak ikut jual beli awal. Si pemilik tanah memberikan Rp 3,7 miliar sebagai tanda ungkapan terima kasih. Apakah ibu pernah dengar soal itu?
Nggak. Nggak. Saya tahu memang KY akan membangun kantor baru. Sebatas itu saja. Itukan ada timnya. Bapak itu tidak duduk dalam tim itu.

Jadi tidak mungkin dapat rezeki bila tidak diberikan ke Anda selaku istri?

Nggak... Nggak.. Makanya saya terkejut sekali bapak bilang terima uang. KY itu tidak pernah melakukan hal-hal tanah. Kalaupun ikut dalam pembelian itu hanya semata-mata tugas KY.

Karena suami Anda sangat vokal dan keras terhadap hakim-hakim. Apakah Anda mencurigai ada yang menjebak?
Memang saya tahu, suami saya itu keras sekali. Ya tidak mustahil banyak yang benci. Saya tahu itu. Itu saja yang saya tahu. Lebih dari itu saya tidak tahu. Dia itu sangat memperhatikan kaum dhuafa, anak yatim piatu, teman-teman susah. Hanya itu yang saya tahu.

Pernahkah suami pernah cerita, misalnya saya dimusuhi di kantor atau ada yang meneror?

Tidak. Kalaupun ada yang meneror itu tidak pernah dia sampaikan. Sebab orangnya tidak mau membawa semua permasalahan kantor ke rumah. Kalau ada masalah pun tidak pernah diceritakan kepada istri dan keluarga. Kami tidak pernah tahu.

Soal uang itu suami tidak pernah cerita?

Ya nggak. Masa saya tidak tahu, kalau suami ada uang.Apa masih angan-angan dia tidak pernah cerita.

Kalau suami dapat rezeki apakah selalu diberitahu kepada Anda?
Iya, selalu. Kami sudah bersama-sama sejak menikah tahun 1966, lebih dari 41 tahun. Jadi saya sangat mengerti, bapak tidak pernah melakukan perbuatan tak terpuji.

Adakah firasat Anda, atau suami?

Saya tidak ada firasat. Bapak pun tidak. Mimpi dia tidak pernah cerita.

Bagaimana kondisi suami saat berangkat ke kantor tadi pagi?
Kondisinya biasa saja. Kami masih sama-sama sahur. Kami pun berangkat bareng dari rumah. Saya pergi belanja ke pasar, lalu bapak ke kantor

Ada pesan khusus dari suami sebelum berangkat kerja?

Tidak ada.

Kapan rencana menjenguk suami di KPK?
Nggak. Sebab saya takut nanti salah. Bapak itu orangnya strict, keras. Saya juga begitu. Kalau saya tidak dapat izin dari suami, saya tidak akan pergi. Nanti saya datang ke sana, dia malah marah. Saya serba salah, ya? Ya insya Allah, diberi kekuatan. Mohon doa, ya...


Tidak ada komentar: