Sabtu, 15 September 2007

SOROT
Peringatan Dini

Domuara Ambarita
MURKA alam rupanya belum berkesudahan di bumi Indonesia. Senin (17/7), gempa kembali mengguncang. Episentrum gempa berada pada 9,46 derajat Lintang Selatan (LS) dan 107,19 derajat Bujur Timur (BT). Guncangan terbesar terasa di sebagian wilayah Jawa Barat bagian selatan pukul 15.19.22. Kekuatan gempa (magnitudo) 6,8 Skala Richter (SR). Kedalaman dari epinsentrum gempa 33 kilometer.

Getaran menjangkau beberapa kota seperti, Ciamis, Tasikmalaya, Bandung, Jakarta, Kebumen, dan Cilacap, bahkan hingga Lampung. Sebagian pesisir pantai selatan Pulau Jawa disapu gelombang laut akibat gempa, atau tsunami.

Ratusan bangunan di Pangandaran dilaporkan tersapu ombak. Diperkirakan puluhan orang tewas. Di Ibu Kota Jakarta, kendati getarannya terasa hanya sekitar 30 detik, gempa bumi tersebut sempat membuat sejumlah warga, terutama yang berada di perkantoran gedung bertingkat menjadi panik.

Hingga petang kemarin, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengaku menerima laporan telah terjadi gempa bumi diikuti tsunami di pantai Selatan, Kabupaten Ciamis, tepatnya di pantai Pangandaran. Presiden mengemukakan menerima laporan adanya korban jiwa sebanyak 5 orang. Diperkirakan jumlah korban masih bertambah, karena belum semua daerah dipantau dan evakuasi masih berjalan.

Kemungkinan munculnya gempa sebenarnya bukan lepas dari perkiraan. Para pakar dari Badan Metrologi dan Geofisika, atau peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia telah memperingatkan, sebagain besar penduduk Indonesia hidup di atas tanah rentan gempa. Selain perkiraan ilmiah, seorang paranormal yang Anggota DPR, Permadi SH pun mengingatkan pascagempa Yogyakarta silam, gempa kemungkinan mengincar Daerah Istimewa lainnya, yakni Jakarta. Kendati skala gempanya ringan, ramalan Permadi yang semula ditertawakan banyak orang, akhirnya terbukti.

Terlepas dari unsur mistis, peringatan dini seperti dikemukakan Permadi sebaiknya jangan ditanggapi sinis, apalagi emosional. Jika manusia mengandalkan ilmu pengetahuan semata, tanpa punya kepasrahan intelektual kepada Ilahi, sia-sialah 'pertapaan-komtempelasi' kaum agamawan untuk mendekatkan diri guna memahami misteri Allah. Firasat atau penginderaan lebih yang dimiliki segelintir orang jangan kita nafikan.

Kita berharap BMG agar lebih cepat memberi peringatan dini jika akan gempa. Sebaliknya, masyarakat jangan berbuat konyol yang justru melumpuhkan aktivitas BMG. Seperti terjadi awal bulan ini, alat perekam gempa (seismometer) yang ditempatkan di puncak Gunung Api Guntur (2.249 Mdpl), Kabupaten Garut dicuri maling, Kamis (6/7). Padahal alat itu sangat penting memantau aktivitas gunung api.

'Pencurian seismometer di Gunung Api Guntur itu merupakan yang pertama kalinya, namun yang tidak habis dipikir alat itu tidak bisa digunakan apa-apa selain untuk merekam gempa,' kata Kepala Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Mas Atje Purbawinata, di Bandung. (*)

* Tribun Jabar (17/07/2006)


Tidak ada komentar: