Sabtu, 15 September 2007

Api Masih Berkobar
* 2.400 Pengungsi Tinggalkan Sampit

Sampit, BPost
Meski berangsur-angsur mulai normal, kondisi kota Sampit (Kotim) memasuki sepekan kerusuhan masih belum sepenuhnya aman. Terbukti, aksi pembakaran masih tetap berlangsung hingga Sabtu (24/2) sore. Sementara 2.400 warga pendatang juga sudah meninggalkan Sampit, diangkut oleh kapal milik TNI AL KRI Teluk Sampit.

Keterangan yang dihimpun BPost, kemarin aksi pembakaran leh warga etnis asli setempat hanya terjadi di pinggiran kota Sampit. Namun, karena hujan lebat sejak sore, kobaran api padam dengan sendirinya.

Dari Palangka Raya dilaporkan, tadi malam sekitar pukul 21:00 WIB sebuah rumah milik Muslih, warga pendatang di Jl Andonis Samad kawasan Panarung ludes dilalap api.

Penyebab terbakarnya rumah kayu yang ditinggal kosong, karena Muslih dan keluarganya mengungsi ke Banjarmasin masih belum jelas.

Akibat kebakaran itu, warga kawasan Panarung sempat panik karena sebelumnya diisukan akan ada penyerangan dari warga tertentu. Berdasarkan pemantauan, hingga tadi malam sejumlah warga Panarung terkonsentrasi di beberapa tempat, di kawasan mereka. Mereka bersiap-siap dilengkapi dengan senjata tajam, baik berupa mandau maupun tombak.

Sementara di tengah puluhan ribu pengungsi kerusuhan Sampit yang dipusatkan di Kantor Pemkab setempat, sempat pula diliputi suasana duka. Pasalnya, sebanyak empat orang meninggal dan dimakamkan di penampungan pengungsian.

Berdasarkan informasi, dua di antara empat korban tersebut sudah meninggal sejak tiga hari silam. Mereka adalah Ny Si'ih (75) dan seorang laki-laki, keluarga H Noor, seorang warga pendatang di Sampit.

Sedangkan meninggal lainnya, masing-masing seorang bayi berusia dua hari yang lahir di pengungsian saat dipusatkan di rumah jabatan Bupati Kotim, dan Nurul Baiti (6), murid kelas I SD Baamang.

Menurut para pengungsi di sana, para korban meninggal rata-rata karena terlantar. Sedari menghembuskan nafas terakhir, tidak ada perawatan atau pembersihan. Mereka hanya dibiarkan tergeletak di langgar satu kompleks dengan kantor Pemkab di lokasi pengungsian.

Kaditserse Polda Kalteng Kombes Pol Manshur Rifat dan Kapolres Kotim ABKP P Hardono, kemarin menjelaskan, data resmi meninggal, data korban akibat kerusuhan di Sampit mencapai 112 orang. Angka ini akumulasi sejak meletusnya kerusuhan hingga Sabtu (24/2).

Sedangkan versi Sekda Kotim H Baharuddin Lisa, korban berjumlah 210 orang. Data ini, menurut dia merupakan data fisik di RSU Dr Murjani Sampit ditambah mayat-mayat yang dilaporkan dari berbagai kecamatan dan RT-RT se-Kotim. Diakui dia, angka itu belum termasuk mayat yang tenggelam di sungai , yang jumlahnya belum dapat dipastikan.

Kapolres Hardono menjelaskan, memasuki hari ketujuh sejak kerusuhan berbau etnis itu, pertikaian tak tampak lagi. Arus lalu lintas mulai lancar, dan konsentrasi massa berkurang.

"Dibanding sehari sebelumnya keadaan sudah relatif lebih aman. Kalau bisa dibilang jauh sekali perbedaannya," ujar P Hardono, yang baru saja menjadi orang nomor satu di jajaran Polres Kotim pada puncak kerusuhan berdarah, Kamis (22/4) lalu. Indikasinya, imbuh dia kondisi kota mulai aman dan korban jiwa tak ada lagi.

Kaditserse menimpali, dari pemantauan di lapangan tindak pembakaran sporadis juga sudah mulai berkurang. Pernyataan ini sekaligus menepis isu meluasnya pertikaian dan adanya serangan balasan dari suku yang bertikai di Kecamatan Samuda.

Dia menambahkan patroli sekaligus sweeping aparat terus dilakukan. Patroli itu menyasar di seputar kota atau dimana isu ada keributan. Selain itu, pihaknya juga melakukan penyekatan guna melokalisasi pergerakan massa.

Dalam patroli itu, tidak jarang aparat menyita senjata tajam milik warga. Namun, di lapangan masih diberi keringanan, misalnya jika warga hendak menuju pusat kota --pusat pengungsian-- mereka harus menyerahkan senjata, walau kemudian dapat diambil kembali.

Dari Balikpapan dilaporkan, untuk memback-up petugas keamanan yang ada di Sampit, Pangdam VI Tanjungpura Mayjen TNI Djoko Besariman juga mengirimkan pasukan Kodam ke daerah tersebut.

"Kodam VI mengirim Batalyon pemukul dari Yonif 612 Modang dan Yonif 613 Raja Alam ke Kalteng yang jumlahnya sekitar 450 orang," ujar Pjs Kapendam VI/Tpr Mayor CAJ Djoko Purwadi kemarin.

Lancar

Proses evakuasi tahap pertama terhadap dari Sampit menuju Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya Jawa Timur Sabtu (24/2) berjalan lancar. Sekitar 2000 orang pengungsi berhasil diangkut oleh kapal perang milik TNI AL KRI Teluk Sampit.

Berdasarkan pantauan BPost pemulangan warga korban kerusuhan Sampit ini dimulai pagi sekitar pukul 07:00 WIB di bawah pengawalan ketat dari pasukan 621 TNI AD asal Kalsel, jajaran Brimob Polri dan jajaran Polda Kalteng. Pengungsi diangkut dari pemusatan penampungannya di kompleks Kantor Pemkab Sampit, bundaran besar antara Jl A Yani dan Jl Tjilik Riwut.

Belasan truk terbuka dan angkutan milik aparat dijejali para pengungsi. Umumnya mereka berlomba-lomba menaiki angkutan. Bahkan sampai berjatuhan menjinjing barang-barang bawaannya, gara-gara keburu menuju angkutan KRI Teluk Sampit yang sandar di Pelabuhan Sampit.

"Yang penting naik, berebutan tidak apa-apa, asal bisa sampai ditujuan," ujar Fandi pengungsi yang dipulangkan tujuan Ketapang Kabupaten Sampang Pulau Madura. Ia bersama 12 keluarga - istri dan seorang anaknya, kemudian ayah, ibu, saudara dan paman. Mereka berjejal di atas angkutan.

Suasana pilu tampak di raut wajah para pengungsi. baik yang sudah di atas mobil maupun masih di tempat penampungan. sedangkan Sumiati, ibu tiga anak tampak trisak isak menangis melepas kepergian anak-anak dan kedua orangtuanya.

Diakui, dia terpaksa bertahan di Sampit karena menemani suaminya yang bertugas di TNI AD di kota ini. "Saya menunggui suami tugas di TNI," ucap wanita ini sambil mengangguk-angguk melambaikan tangan melepas sanak saudaranya di bundaran kota bumi `Habaring Hurung'ini.

Suasama pemberangkatan KRI Teluk Sampit sempat kacau. Kapasitas kapal hanya 1.800 orang, sehingga pengungsi yang tidak dapat terangkut jumlahnya masih cukup banyak.

Kapal KRI Teluk Ende yang mengangkut para pengungsi yang berjumlah sekitar 400 orang tiba sore di pelabuhan Sampit. Rencananya, hari ini (Minggu) KM Tilung Kabilah milik PT Pelni akan membantu evakuasi puluhan ribu pengungsi yang belum terangkut dari pelabuhan Sampit.

Bupati Kotim Wahyudi K Anwar mengharapkan pemerintah pusat segera mengirimkan bantuan transportasi laut untuk membantu evakuasi puluhan ribu orang pengusngsi.

"Kondisi para pengungsi saat ini sudah cukup memprihatinkan, untuk itu pemerintah pusat harus segera mengirimkan bantuan transportasi, disamping penambahan pasukan pengamanan dan bantuan sembako," katanya. (dla/din/ms)

* Banjarmasin Post, (25/02/2001)

Tidak ada komentar: