Selasa, 18 September 2007



Foto/Blog-Blontank

PBB: Soeharto Pencuri (3)
* Menguras 15-35 Miliar Kekayaan Negara
* Nomor Urut Satu di Dunia

Tidak Terkait Kekalahan Times
DIREKTUR Transparansi Indonesia dan sekaligus kuasa hukum majalah Time Edisi Asia Todung Mulya Lubis membantah berada di balik laporan PBB dan Bank Dunia yang menyebutkan mantan Presiden Soeharto berada di urutan teratas daftar pemimpin politik dunia yang mencuri kekayaan negara dalam jumlah besar.

Menurut Todung, kalaupun ada kesamaan antara yang ditulis majalah Time beberapa waktu lalu dengan hasil laporan Bank Dunia, itu memang kenyataannya seperti itu. Dunia sudah mengakui adanya hal itu. Dan apa yang ditulis oleh majalah Time bukanlah mengada-ada. Tapi merupakan hasil investigasi.

"Sebenarnya hasil yang launching Bank Dunia ini tidak mengagetkan. Itu sudah lumrah. Sebab sebelumnya beberapa media masa sudah menuliskan dugaan seperti itu. Hanya tidak sistematis dan sifatnya sepotong-sepotong," jelas Todung.

Todung menjelaskan, apa yang dikeluarkan Bank Dunia tersebut tidak ada kaitannya dengan kekalahan majalah Time di tingkat Kasasi dalam kasus gugatan melawan mantan Presiden Soeharto. Time yang dijatuhi vonis membayar denda Rp 1 triliun itu tidak bisa mempengaruhi Bank Dunia.

"Ini tidak ada kaitannya. Yang diloucing itu bukan hanya Indonesia saja. Tapi pemimpin- pemimpin politik dan penguasa di seluruh dunia. Hanya kebetulan saja Pak Harto masuk di dalamnya dan berada diurutan teratas pemimpin politik yang mengambil harta kekayaan negara dalam jumlah besar," ujarnya.

Menurut Todung, laporan Bank Dunia itu dilouncing karena menemukan banyak simpanan uang dan aset yang diduga hasil merampas kekeyaan negara hilang. Tren itu terjadi di banyak negara. Padahal kalau uang dan aset tersebut bisa diambil kembali oleh negara dapat menyejahterakan rakyat miskin di negara-negara tersebut.

"Yang terjadi bukan hanya di Indonesia. Banyak negara didunia yang dikuasai oleh militer terjadi seperti itu. Jadi laporan itu bukan hanya untuk Indonesia, tapi untuk dunia," tandasnya.
Todung menyambut gembira adanya laporan Bank Dunia ini. Ia berharap laporan yang dikeluarkan Bank Dunia ini akan menguatkan data-data temuan majalah Time. Pihaknya akan segera mencari laporan lengkapnya.

"Kami sudah kontak untuk meminta laporan secara lengkap. Mungkin besok kami sudah mendapatkannya. Kami akan mempelajarinya. Tidak menutup kemungkinan data temuan Bank Dunia ini akan kami pakai sebagai bahan pendukung majalah Time untuk melakukan proses hukum berikutnya," jelas Todung. (Persda Network/ugi)

Tidak ada komentar: