Minggu, 21 Desember 2008

Tumor Sebesar Anggur Bersarang di Batang Otak Tiara

* Anak 2 Tahun Lumpuh karena Tumor Otak

LUCU, dan aktif. Ngoceh banyak, berjalan lincah, berbicara lancar dan bahkan bernyanyi pintar, jauh di atas anak-anak seusianya. Itulah Tiara Ariani, bayi di bawah usia tiga tahun. Senin (22/12) ini usianya genap 2 tahun 4 bulan. "Orang-orang bilang, untuk seusia anak saya, dia termasuk sangat aktif," kata Feni Juliana, ibunda Tiara Ariani kepada Persda Network, Minggu (21/12).

"Saya sedih, tiba-tiba anak saya abnormal. Kaki kiri dan tangan kiri tidak bisa bergerak. Mulut tidak bisa bicara, makan pun harus lewat selang. Anak saya kok tiba-tiba seperti terkena stroke," ujar Muhammad Yani, ayah sang bayi.

Ya, Tiara Ariani memang batita yang lucu dan aktif. Saking aktifnya, dan perkembangan berjalan cepat, anak tunggal pasangan Yani dan Feni lebih dini langsung dimasukkan sekolah bermain (Play Grup) dekat rumah kontrakan mereka di Komplek Walikota Blok C-8 No 1, Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta Barat.

Namun kelucuan dan keaktifan Tiara terancam hilang. Ibu dan ayahnya yang sering tertawa terbahak-bahak oleh omongan lucu si anak, saat ini justru dirundung duka lara nesatapa. Sekarang Tiara hanya tergolek lemah di rumah sakit. Dia tidak dapat makan normal melalui mulut. Pun tidak mampu berbicara. Tiara dirawat di kamar 757 RS Siloam, Karawaci, Banten.

Anak semata wayang mereka sedang terbaring lemah di rumah sakit. Bukan penyakit ringan semacam diare, flu-pilek, atau demam berdarah sekalipun.

"Anak saya divonis mengidap tumor pada otak, dan harus dioperasi dalam waktu cepat," ujar Yani yang tak kuasa menahan tangis mengisahkan derita yang dihadapi bayi seusia Tiara. Feni, ibu Tiara, mengimbuhkan, "Kalau dia mau minta sesuatu, dia hanya bisa menunjuk, sambil menangis. Sedih saya melihat."

Keluhan Tiara menurut Kepala Neuro Science Center RS Siloam dr Eka Julianta Wahjoepramono, tiba-tiba lemah kedua lengan dan tungkai yang membuatnya tergeletak lumpuh, susah menelan, mata terganggu, dan bernafas sulit. "MRI tampak tumor batang otak sebesar buah anggur, berdarah. Diagnosa penyakit ini sangat langka pada anak seusia itu, yakni cavernoma batang otak yang mengalami bleeding," ujar Eka.

Tahun 2001 dr Eka yang juga pendiri Yayasan Otak Indonesia, tahun 2001, pernah menangani kasus serupa yang menimpa Ardiansyah, pemuda yatim piatu asal Cilegon, Banten. Sewaktu datang, Ardiansyah dalam kondisi kritis. Dia terancam lumpuh, buta dan napasnya putus. Penyakitnya bukan penyakit biasa, melainkan masih sangat langka yakni tumur bersarang di batang otak.

** *
Butuh Dana
Tiara menunggu operasi. Sayangnya, pihak keluarga tidak memiliki dana yang cukup. Ibu dan ayahnya sama-sama tenaga pemasaran. Muhammad Yani, ayahnya, sales perusahaan rokok, dan dan Feni pada toko buku. "Kami tidak memiliki mampu menyediakan untuk operasi dan kamar saya yang mencapai Rp 50 juta," kata Muhammad Yani.

Selama seminggu perawatan di satu RS di kawasan Ciledug saja, Yani-Feni telah mengeluarkan biaya lebih dari Rp 5 juta. Ditambahn biaya MRI otak sebesar Rp 2 juta.

Tiara dipastikan mengidap tumor otak. Setelah melalui proses Ctscan dan MRI, Satbu (20/12). Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu alat kedokteran di bidang pemeriksaan diagnostik radiologi , yang menghasilkan rekaman gambar potongan penampang tubuh / organ manusia dengan meng-gunakan medan magnet. Ada pun Computed Tomography Scanner (CT scan). MRI menggunakan magnit , dan CT scan menggunakan sinar X. Pemeriksaan MRI dan CT scan saling melengkapi.

Tim bedah yang akan mengoperasi Tiara, dr Julius July SpBS, juga mengatakan keluarga tidak memiliki dana. "Kami ada pasien anak-anak yang butuh bantuan dana. Dia mengidap tumor jinak batang otak. Potensial bisa di tolong. Kami rencanakan untuk pembedahan baginya. Mohon bantuan dana," kata dr Julius July, salah satu tim dokter yang akan menangani operasi Tiara.

Feni, ibunda Tiara Ariani tak dapat menahan tangis saat berbicara per telepon dengan Persda Network. Dia berharap, ada pihak-pihak yang bersedia membantu untuk operasi anak tunggal mereka.

"Saya sangat berahrap semoga anak kami lekas sembuh. Semoga bisa sembuh dan normal lagi seprti semula, bisa berjalan dan bicara, bercanda normal," pinta dia penuh harap.

Feni menuturkan sebagai anak aktif, memang Tiara sering terjatuh saat bermain. Tetapi tidak sampai kepala terbentur akibat terjatuh. Karena itu, menurut dia, penyakit pada otak anaknya bukan karena kelalaian orang tua atau perawatan. "Menurut dokter tidak kaitannya dengan terbentur, melainkan tumor ini bawaan lahir," ujar Feni. (Persda Network/domuara damianus ambarita)

[+/-] Selengkapnya...

Suku Bunga BI Rate Ideal 8,5 Persen
* Agar Usaha Sektor Riil Bergerak
* Deflasi Alasan Pendorong Cukup Kuat

JAKARTA,
Pelaku usaha di sektor riil, yang juga Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk Franciscus Welirang meminta Bank Indonesia (BI) segera menurunkan suku bunga acuan atau BI rate secara signifikan. Suku bunga perbankan yang rendah sangat diharapkan merangsang pergerakan usaha, dan pertumbuhan ekonomi nasional serta meredam angka PHK menghadapi krisis finansial global.

Penurunan suku bunga juga perlu karena negara-negara di dunia cenderung menurunkan suku bunga perbankan. Seperti dilakukan bank sentral AS, The Federal Reserve, pekan lalu menurunkan suku bunga pada level mendekati O persen, yakni di bawah 0,25 persen. Sedangkan BI rate berada pada level 9,25 persen, dan termasuk tertinggi di dunia.

Franky, sapaan Franciscus Welirang, menyarankan pemerintah jangan terlalu cemas pada tingkat inflasi. Sebab menurut dia, saat ini telah terjadi penurunan harga (deflasi).

"Inflasi selalu terkait dengan suku bunga bank. Menurut saya pemerintah terlalu takut pada inflasi, padahal sudah terjadi deflasi," ujar Franky dalam diskusi dengan wartawan di kawasan. Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, akhir pekan lalu.

Bukti telah terjadi deflasi, harga komoditas biji palstik dan minyak mentah turun tajam di pasaran internasional. Harga komoditas jagung turun, kedelai turun, karet turun, sebentar lagi harga ban mobil juga turun. "Sebutkan satu persatu komoditas, semua harga turun antara 60-70 persen," kata Franky.

Dengan terjadinya deflasi, tak ada alasan mempertahankan suku bunga tinggi. "Mestinya suku bunga turun untuk merangsang perekonomian dan sektor riil. Ini yang dilakukan BI hanya kecil-kecilan, 25 basis poin. BI kenapa takut, idealnya suku bunga berada pada 8,5 persen," katanya.

Dengan suku bunga acuan yang rendah, maka suku bunga pinjaman perbankan pun rendah sehingga tidak membebani pengusaha atau masyarakat. Apabila usaha terutama sektor riil yang menyerap banyak pekerja tetap bertahan, maka laju pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat krisis finansial global dapat diredam.

TARIK INVESTOR
Franky mengemukakan, penurunan suku bunga sangat penting untuk menhadang laju dampak krisi finansial global. Saat ekonomi dunia guncang, pemerintah harus cepat menggerakkan sektor riil.

Dengan bergeraknya ekonomi nasional, maka dengan sendirinya, investor asing akan masuk.

"Uang asing datang hanya pada saat ekonomi kita baik. Dan itu bisa ketika ekonomi dalam negeri positif. Saat krisis, biasanyan usaha keil dan menengah (UKM) meningkat dan tumbuh menggeliat. "Kunci yang penting adalah kebijakan yang signifikan," kata Franky.

Kendati mendesak BI menurunkan suku bunga perbankan, dia memahami kalau Boediono memiliki pertimbangan tertentu untuk mematok suku bunga.

Antara lain, mungkin pertimbangan adanya depresiasi kurs dolar terhadap rupiah. Namun, betapun ada depresiasi kurs dolar terhadap rupiah, tidak cukup alasan BI mempertahankan suku bunga tinggi, karena penurunan harga jauh lebih besar dibandingkan kenaikan kurs valuta asing. (Persda Network/Domu Damianus Ambarita)

[+/-] Selengkapnya...

Kamis, 18 Desember 2008

Kutahu Jalan Terjal, tetapi...



* Sisi Terang di Balik Krisis Finansial Global

Gusar. Khawatir. Waswas. Cemas. Takut. Sejumlah kata dan padanan kata di depan kadang kala menghampiri setiap orang. Ya, Gusar. Khawatir. Waswas. Cemas. Takut. Sangat manusiawi. Seperti sifat lainnya, lapar dan kenyang, sedih dan gembira, tangis dan tawa, benci dan cinta, dan sebagainya.

Akhir-akhir ini saya, anda san tentu sebagian rakyat Indonesia dapat gembira dan tertawa sebab pemerintah meringankan beban 'relatif' mereka lewat penurunan harga bahan bakar minya (BBM) yang disbeut subsidi jenis premium atau bensin dan minyak solar. Bensin turun harga dua kali, yakni tanggal 1 dan 15 Desmeber 2008 masing-masing Rp 500, dari semula Rp 6.000 menjadi Rp 5.000/liter. Harga solar turun dari Rp 5.500 menjadi Rp 4.800/liter.

Penurunan harga BBM akibat menurunkan permintaan akan energi adalah hikmah di balik krisis. Harga minyak mentah anjlok, di bawah 45 dolar per barel, hanya seperti dari harga gila-gilaan yang mencapai hampir 140 dolar per barel, Mei 2008, adalah sisi terang di balik kegelapan dunia usaha terutama ekspor-impor, tahun ini.

Masyarakat yang terkena dampak langsung misal pengguna sepeda motor, pemilik mobil, nelayan dan pengguna mesin berbahan bakar bensin dan solar tertawa karena beban sedikit berkurang. Sekali lagi, hanya sedikit berkurang.

Saya misalnya, jika sebelumnya mengeluarkan 18 ribu untuk dua kali (PP) Depok-Palmerah, atau empat kali perjalanan, untuk si irit, Supra Fit, sekarang berkurang Rp 3.000 atau 16,7 persen. Jadi dalam dua hari saya dapat menghemat Rp 3.000, bila 26 hari kerja, berhemat kurang lebih Rp 39 ribu. Pengguna kendaraan bermotong lainnya pun merasakan kegembiraan seurapa saya. Dalam hal ini, pasti.

Senang dan tawa itu sayang hanya sementara. Sekejap saja. Beban hidup lain sedang menggelayut bak awan gelap pembawa badai. Pekan-pekan ini, berita bernada ancaman, mengkhawatirkan muncul dengan kunatiatas dan kualtias tinggi menghampiri pintu informasi kita entah melalui koran, portal, radio atau tivi.



Krisis finansial global yang bermula dari Amrik, sana diperkirakan akan terus bergerak menyapu seperti dahsyatnya tsunami di Aceh tahun 2004. Krisin finansial global yang akan menimbulkan semakin banyak orang kehilangan pekerjaan akibat terkena putusan hubungan kerja, menambah pengangguran, jumlah kemiskinan dan serentetan dampak ikutannya.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) baru-baru ini mengingatkan permitnah segera mengambil langkah antisipatif dengan meningkatkan spending of goverment pada sektor infrastruktur yang padat karya, serta meminta buruh untuk tidak macam-macam mempersoalkan UMR. Sebab jika salah, jumlah penganggur baru akibat PHK sangat bisa menyamai rekor tahun 1997-1998 yang mencapai 2 juta jiwa.

Belanda Depok, eh PHK bukan lagi jauh. Dia sudah dekat, bahkan sudha tiba dan menyusup ke rumah-rumah masayrakat. PHK sudah terjadi. Banyak perusahaan, terutama yang berorientasi ekspor telah merumahkan pekerjanya. Bukan saja dalam negri, juga pekerja kita yang diekspor ke luar negrei, yakni para TKI.

Hari ini, Kamis (18/12/2008) Harian KONTAN mengatakan, pemrintah mengakui ada 250 ribu TKI yang terkena PHK. Dan diperkirakan 300 ribu TKI di Malaysia akan kehilangan pekerjaan, ratusan orang TKI di Korea Selatan dan Jepang pun sudah kehilangan kontrak.

Fakta-fakta inilah yang membuat kegembiraan dan tawa tadi sirna ditelan angin. Tawa hanya sebentar, dan tenggelam di tengah impitan ekonomi, merosotnya harapan hidup, meningginya gangguan kesehatan-kejiwaan yang ditandai angka bunuh diri makin deras bertambah, dan meningkatnya angka kejahatan sosial-kriminalitas.

Lebih banyak fenomenan, tanda-tanda zaman dan atau fakta yang justru membuat hidup gusar, khawatir, waswas, cemas dan takut.

***
Saya pribadi termasuk sempat terlena, membiarkan diri hanyut dan terombang-ambing dalam lautan kegusaran, kekhawatiran, kewaswasan, kecemasan, dan ketakutan. Entah mengapa, saya yang biasa optimistis, sempat hampir tenggelam dalam sikap pesimistis dan takut yang teramat dalam.

Semua hal-hal menakutkan itu muncul, karena mungkin saya terlalu menghati peran selaku wartawan. Saya bukan lagi sekadar menulis berita sesuai fakta atau pendapat orang lain, malah menginternalisasi pada diri saya sendiri. "Wah, kalau terjadi PHK jutaan orang, dan perekonomian nasional surut, jangan harap dapat menikmati ketenangan dan kesenangan paripurna: kecuali koruptor, maling, dan sejenis."

Kecemasan pun muncul karena masih banyak beban dan tanggungan, sementara dalwam waktu dekat mulai menyekolahkan anak, menyiapkan biaya persalinan untuk istri yang sudah pasti akan menempuh caesar. Pancuran banyak, tetapi hanya satu sumber mata air.

Untunglah pekan lalu, seroang sahat dan guru saya, motivator ulung, Grand Dynno Cressbon mengingatkan saya agar menatap jauh ke depan, dengan tidak terlalu mencemaskan hidup. Jangan terlalu takut. Jangan lebih banyak mengurusi dan memikirkan hal-hal kecil, sebab bisa gila.

Kala hatimu kacau dan badanmu lela karena melakukan pekerjaan dengan banting tulang tetapi hasilnya tidak berbandaing lurus, atau dengan bahasa eknomi, lebih besar pasak dari tiang, janganlah lantas menyalahkan Tuhan. Justru lebih banyak berdoa, dan beramal.

Menurutnya, berdoa yang baik bukan di rumah tetapi di temapt ibadat: gereja, masjid, pura, kuil, kelenteng dan lain sebainya, sesuai dengan agama masing-masing. Mengapa, sebab beribadat sekaligus beramal. Ya, karena memang saat ke gereja, misalnya, biasanya umat menyumbangkan persembahan: berapa pun besar kecilnya.

***
BAGI kaum sufistik, juga kalangan developmentalis, atau optimistis, gusar, khawatir, waswas, cemas dan takut adalah musuh. Lawan besar yang harus terlebih dahulu ditumbangkan agar kata- kata sukses, berhasil, maju, kaya, hebat, luar biasa dan tepuk tangan pun menyusul datang.

Seorang guru spiritual saya, Mgr FX Prajasuta MSF mengatakan, "janganlah takut. Sebab takut adalah nasihat paling jahat." "Janganlah takut?" Kataku dalam hati, "Bagaimana caranya?"

Josua pun berkata kepada para perwiranya, "Jangan cemas dan jangan takut. Hendaklah kalian yakin dan berani..."

Mengutip Bruder Martinus mengenai Providentia Dei (penyelenggaraan illahi) yang digambarkannya sebagai misteri Allah, yaitu ada hal-hal atau kejadian-kejadian dalam hidup manusia yang tidak bisa dimengerti, dipahami dan ditangkap oleh akal budi manusia.

Manusia, selaku ciptaan mempunyai kebaikan dan kesempurnaannya sendiri. Namun ia tidak keluar dari tangan Pencipta dalam keadaan benar-benar selesai. Ia diciptakan demikian bahwa ia masih "di tengah jalan" (in statu viae) menuju kesempurnaan terakhir yang baru akan tercapai, yang dipikirkan Allah baginya.

Dengan dan melalui penyelenggaran Ilahi ini, Allah menghantar ciptaan-Nya menuju penyelesaian itu. "Allah melindungi dan mengatur melalui penyelenggaraan-Nya, segala sesuatu yang diciptakan..."

Peranan kita dalam penyelenggaraan Ilahi yang mutlak, manusia tidak memiliki kuasa untuk mengubah atau terlibat di dalamnya. Seperti kelahiran dan kematian. Kelahiran merupakan panggilan awal dari Allah bagi manusia untuk menjalankan rencanaNya. Dikatakan penyelenggaraan Allah yang mutlak karena manusia tidak bisa memilih/meminta.

Apakah lalu ada penyelenggaraan yang tidak mutlak? Kiranya dapat dikatakan penyelenggaraan relatif. Penyelenggaraan relatif adalah jalan hidup manusia dimana manusia masih bisa terlibat di dalamnya dengan usaha dan perjuangan hidup. Misalnya: rejeki, jodoh, sakit, dsb.

* * *
Dengan merefleksikan kembali keberadaanku hanyalah selaku ciptaan, bukan pencipta, maka saya coba merenung sembari menundukkan kepala: Saya ini hanyalah manusia biasa, terjadilah padaku menurut kehendakMu.

Saya memang dapat merancang banyak desain hidup yang megah dan kokoh, tetapi jika Engkau berkehendak, semua itu hanyalah bak rumah berfondasi pasir. Saya memang boleh merencanakan banyak siasat, strategi, pekerjaan, dan persiapan, tetapi Engkaulah Ilahi Hakim Agung yang memutus setiap perkara dengan Adil.

Berkat Penyelenggaraan Illahi, semoga kegusaran, kecemasan, kewas-wasan, dan ketakutanku berubah menjadi sebuah semangat menggebu menuju sukses dan kejayaan. Semangat berani melibas ketakutan kemudian mengkreasi energi positif pembangkit mesin jiwa-sukma-raga- rohku menumpas tuntas energi negatif penghalang jalanku. Kutahu jalankau terjal, berliku dan berliko-kilo, tetapi tetap semangat, bersiasat dan jangan menyerah. (domuara damianus ambarita)

[+/-] Selengkapnya...

Minggu, 07 Desember 2008

Sebulir Padi pun Hargailah

KRISIS finansial global, bukan lagi sebatas ancaman. Asal muasalnya memang dari negara nun jauh di sana, di barat, Amerika Serikat. Tetapi imbasnya sudah terasa, dan terjadi di mana-mana. Tidak usah repot-repot bicara ekonomi makri, ambruknya kerajaan bisnis Aburizal Bakrie, atau meruginya Ketua Umum PAN Sutrisno Bachir pada investasi pasar modalnya, juga tak usah mengingat ambruknya PT Bank Century Tbk akibat gagal/kalah kliring, krisis kini semakin terasa di rumah tangga terutama berpenghasilan pas-pasan.

Cobalah dengar perbincangan di hipermarket, swalayan, pasar tradisional, hingga para ibu-ibu pembeli pada pedagang asongan, mereka menggerutu karena kenaikan harga kebutuhan pokok di luar nalar manusia sehat. Ya, semua kebutuhan mengalami kenaikan harga.

Tapi kondisi itu tentu saja pengecualian pada segelintir orang berkecukupan. Krisis sih krisis, tapi mereka tetap tampai serba wah. Mobil merk terbaru, motor keluaran anyar, tetap saja marak di jalanan. Penumpang angkutan udara untuk melancong ke luar negeri pun tak surut.

Kaum berduit ini pun tak perlu repot-repot, sampai berbusa-busa sekadar menawar seikat sayur atau sepotong ikat, atau sebungkus garam atau semug beras. Buat mereka hidup melimpah, makanan berlebih. bahkan sisa-sisa panganan berlebih cukup untuk sekali makan seorang tak punya.

***
Nasi Tak Boleh Sisa
Bicara tentang nasi, saya ingat sewaktu kecil. Ya, sebulir beras. Sewaktu saya kecil, orang tua kami, amang (mendiang) dan inang di kampung, selalu menanamkam agar setiap buliran nasi yang sudah disendok ke dalam piring harus dihabiskan. Tidak boleh berlebih dan dibuang. 'Filsafat' beras ini memang sangat dalam buat sebah perjuangan orang kampung.

Maklum, karena di Sihaporas, saat itu, tahun 1980-an, sulit mendapatkan beras. Kalaupun ada hanya beras gunung/darat. Untuk mendapatkan seliter beras, susahnya setengah hidup. hahah...... Saya masih mengalami, pagi dan malam saja makan nasi, sedangkan siang makan ubi atau 'gadong'.

Katakanlah dari proses bercocok tanam, padi ditanam di ladang kering yang disebut 'mangordang' atau 'martaduk', seseorang memegang dua ptong kayu sekaligus dengan ujung diruncingkan, seperti pensil diraut, lalu diposisikan menyilang (seperti leter x) dan dihunjamkan ke bumi untuk membuat lubang tempat menanam buliran padi.

Pangordang biasanya berjalan mundur, dan kadang-kadang kejedot bongkahan atau batang pohon bekas tebangan. Lalu di depannya, bebrapa 'partaduk', beramai-ramai menabur/memasukkan buliran padi ke dalam lubang. Padi ditanam pada 'juma roba' bukaan baru pada tanah yang masih berunsur hara banyak, padi tumbuh baik walau tanpa dipupuk (kimia maupun kandang).

Martaduk, saat itu dilakukan dengan cara marsialapari atau marsidapari atau gotong royong. Setelah dari ladang si A, besok atau lusa gantian ke ladang si B. Asyik, ramai, guyub, dan kompak.

Fase pertama ini biasanya disediakan hidangan enak. Kalau saban hari hanya 'gulamo tinutung'/ikan asin bakar, pada saat 'Mangordang, menu biasanya daging lengkap dengan sayur setidaknya ikan teri sambal atau ikan rebus, 'diarsik'.

Padi tumbuh, tinggi. Waktunya padi berisi, bunting atau 'boltok'. Saat itu banyak ancaman terhadap tanaman, entah hama semacam monyet, aili/babi hutan, maupun penyakit, termasuk musim yang kemarau panjang. Ada istilah puso, gagal panen.

Mungkin karena tingginya risiko itu, para leluhur/pendahulu selalu sengaja membuat acara ritual yang dikenal kegiatan "Martondi Eme". Diadakan acara doa bersama yang dipusatkan di satu ladang. Lalu di tempat itu doa diikuti makan besar bersama dengan lauk ikan sungat dan lomang (lemang) ada juga 'sibak', bahan dasar jagung ditumbuk dan didiamkan beberapa malam untuk fermentasi.

Sehari sebelumnya, biasanya semua warga kampung memanen ikan 'mandurung tu bombongan nabolon', membuka tambak buatan dengan menanggul sungai. Mandurung dilakukan sekali setahun. Ikan yang lazim didapat adalah si birsak, pora-pora, ihan (dikenal dengan sebutan ikan
batak), limbat (lele).

Setelah makan, setiap rumah tangga lalu membawa serta 'itak gurgur' (beras tepung mentah dikasih gula, seperti lampet) dan 'sanggar' tanaman liar bangsa palm, dan bambu bekas tempat memasak lemak, bangun-bangun dan rudang. Semua itu digantung di setiap sudut ladang.

Maksud dari ritual itu, doa agar padi berkembang dengan baik, jauh dari hama penyakit, dan panennya kelak memuaskan. Sehari sesudahnya disebut 'manangsang robu', hari pantang ke ladang padi tadi.

Saat musim panen, tidak semua orang memaneng dengan mudah. Saat itu, menggunakan alat sabit masih dianggap tabu, karena konon 'tondi' atau roh eme takut kalau padi dipotong pada batangnya, jadi leher padi yang 'diotom'. Tapi sebagian orang yang lebih modern dan berpikir praktis, mulai berani 'manabi'/sabit.

Untuk merontokkan buliran padi, dulu beluma da mesin. Lalgi-lagi cara gotong royong yang ditempuh, dengan istilah mardege'. Dege = injak. Jadi buliran padi diinjak-injak, secara berkelompok. Biasa dilakukan sore hingga larut malam, bahkan pagi buta. Mada itu ada istilah
'mardege di rondang bulan', yang sering dimanfaatkan para muda-mudi mencari berkenalan, pendekatan, bahkan mencari jodoh. Asyik memang.

Siangnya dilanjutkan kegiatan 'mamurpur' membersihkan padi dari jerami atau membuang 'halampung', padi hampa, tak ada isi. Kemudian padi dijemur agar dapat ditumbuk.

Setelah panen, tibalah masa yang ditunggu-tunggu. Namanya 'marsipaha lima', pesta besar sambil mengucap syukur atas panen yang baik. Warga pun ramai-ramai 'manduda i losung', menumbuk padi menjadi beras. Manduda bersama-sama pada balok besar dan panjang, yang terdapat tiga sampai lima lubang 'losung'. Satu 'losung', bisa ditumbu atau 'diduda' dua orang secara bersamaan, dengan ala atau 'andalu" bergantian, selang-seling.

Proses ini menggambarkan betapa berharganya sebulir beras/nasi di kala warga belum terbiasa mengonsumsi beras swah. Bukan karena tidak kenal, tetapi karena lemahnya daya beli yang hanya mengandalkan pemberian alam. Wajarlah, penduduk Sihaporas lebih banyak merantau, meninggalkan kampungnya yang masih tertingggal, jauh dari kemajuan.

** *
MAGNET JAHE

Kira-kira tahun 1981-1982 --saya sebut kira-kira karena tidak ada data pasti. Tapi saat itu saya sudah sekolah SD, masuk tahun 1980. Bermula dari Abang saya, Pak Herbina Ambarita, yang kawin dengan Br Sidauruk dari Tambunraya, membawa kira-kira puluhan kilogram bibit jahe. Ketika itu, jahe mulai marak ditanam di Simalungun, termasuk di Sidamanik dan Raya. Pak Herbi mendapatkan bibit dari pihak Mertua.

Belasan kilogram jahe itu ditanam di lahan yang terletak di samping rumah, Jabu Nabalga, yang sekarang pemukiman, antara lain rumah Edy Ambarita, Saor Ambarita, dan Lamhot Ambarita.

Pendek kata tanaman jahe cepat memuncak menjadi komodits unggulan untuk ekspor dari Sumut. Masa kejayaan ini berlangsung kurang lebih 20 tahun, hingga akhir 1990-an. Jahe diikuti pula tanaman tumpangsari lainnya seperti cabe, jagung, dan sayur-sayuran. Silih berganti dapat ditanami juga dengan padi dan tomat.

Masa itu betul-betul menjadi masa keemasan. Mencari uang sejuta dua juta bahkan belasan juta tidak sulit. Malah banyak pemuda yang karena tekun bercocok tanam, dapat memiliki kendaraan bermotor pribadi semacam sepeda motor dan mobil.

'Peradaban' bercocok tanam inilah yang menjadi magnet Sihaporas. Para perantau atau keturunannya kembali ke desa untuk bertani. Bercocok tanam jahe dan palawija lainnya.

Kini, Sihaporas mulai maju, setidaknya sarana transportasi tidak terisolasi, waulpun masih becek saat hujan. Penduduk yang tadinya tidak lebih dari 50 keluarga di tiga kampung, Lumban Ambarita Sihaporas, Sihaporas Bolon, dan Aekbatu, kini berkembang menjadi Desa Sihaporas yang telah dialiri listrik dan taliair.

Setelah masa kejayaan jahe, kopi usia pendek yang dinamai Kopi Ateng, kini menjadi unggulan bagi petani yang tidak menjual tanahnya kepada PT TPL (dahulu Indorayon). Semoga sharing ini bermanfaat sekadar pelepas rindu ke 'bonapasogit'. (domu damianus ambarita)

[+/-] Selengkapnya...

Rabu, 12 November 2008

Keluarga Kaya Raya yang Tidak Bahagia
* Paradoksal Sejahtera dan Bahagia

KEMISKINAN tidak menghalangi niat satu semangat keluarga pemula ini. Mereka betul- betuk bernagkat dari nol besar, untuk membentuk keluarga: bukan keluarga kaya, tanpa kado rumah dan mobil dari orangtua, juga kolega dan pejabat.

Si suami adalah pegawai rendahan, dengan gaji paspasan. Si istri pun seorang pekerja bawahan. Walau pekerja bawahan, beruntunglah mereka karena masih memiliki pikirna, nalar, dna budi perketi yang baik. Iman menguatkan mereka dalam menghadapi hari-hari sulit di awal keluarga.

Mengontrak kamar, kemudian mengontrak satu rumah di gang sempit, kumuh. Saban hari mereka tun berdoa, "Ya, Allah limpahkanlah rezeki dan kesehatan pada keluarga kami." Demikian setiap mau makan, mau tidur, mau bekerja. Kelurga beriman yang tak pernah lepas dari doa.
Ya, Allah. Semoga Keluargaku Engkau berikan dan jaga selalu untuk sejahtera sekaligus bahagia.


Lima tahun pertama, hal itu dilalui dengan suasana baik, bahagia. Gaji kecil dikumpulkan terus dan dikelola dengan semangat hemat. "Sedikit demi sedikit, lama-lama jadi bukit," itulah prinsip mereka.

Bulan berganti bulan, tahun pun berlalu. Pendek cerita, Tuhan mengabulkan doa mereka. Sepuluh tahun berkeluarga, si suami mendapat kepercayaan luar biasa dari pimpinan. Dia diangkat menjdai Kepala Cabang pada salah satu kantor di daerah.

Sebagai pimpinan, si suami pun mendapat fasiltias berkecukupan: mobil, rumah, gaji besar dan bonus tahunan. Lain lagi kalau target terlampaui, maka insentif menjadi durian runtuh. Saat bersamaan, karier si istri tak kalah melonjak. Dia menjadi manajer kebanggaan di perusahaan.

Kini doa keluarga ini menjadi orang berkecukupan dan sejahtera telah terapai. Rumah di komplek elit, mobil tiga mewah tiga: untuk menunjang kerja suami, satu untuk mengantar istri arisan dan segala kegiatannya, dan satu khusus untuk anak-anak. Deposito pun menggunung.

Sudah menjadi tabiat manusia. Hidup berkecukupan, mata silau pada hal-hal duniawi. Kebersamaan, keakraban dan kesalingpercayaan di awal pernikahan dulu, kini menjadi sejarah tak tercatat. Jika dulu hidup solider betul, bersosial dengan baik, bekerluarga sangat santun, selalu bersama-sama berdoa dalam keluarga atau ke gereja, kini hidup mereka menggenapi perilaku orang kantoran: sibuk, individualistis dan tidak peduli: kamu ya kamu, saya ya saya.


Di tengah kesibukan dan kepenatan, kenalan sang suami mulai bertambah dan asalnya dari berbagai kelas. Kalau dulu alim dan saleh, sekarang mulai sering menikmati hiburan malam, yang akrab dengan alkohol, narkoba dan 'selibut hidup'. Sang suami akhirnya tergiur dan terpikat dengan wanita lain, dan hidup serupah tanpa ikatan perkawinan yang sah.

Tak kalah gentingnya, si istri pun hidup dengan gaya wanita karier metropolitan. Pergi ke kantor pagi, dan pulang malam. Di balik itu, dia juga ternyata menjalin affair dengan laki-laki lain, relasi bisnis.

Al hasil, dari satu keluarga yang awalnya utuh dan bahagia di saat miskin, namun di masa sejahtera justru membangun dua keluarga bayangan yang illegal. Mereka selingkuh masing- masing. Saat itulah, perhatian terhadap anak-anak menjadi sangat kurang. Kalaupun ada bersama-sama dai rumah pada akhir pekan, hanya badanlah yang bersama sedangkang pikiran ibu dan ayah, justru ada pada istri dan suami yang lain.

Apa yang mau disajikan di sini adalah, tentang doa. Apa yang ktia doakan selau terkabul, walaupun dalam waktu panjang. Tidak instan. Segala sesuaatu indah pada waktunya. Butuh kesabaran.

Karena itu pulalah, sahabat saya, Dynno Cresbon menasihati, berdoa pun harus pintar, pakai strategi dan spesisik. (Seperti kata bos kami di kantor, berita jangan probelatik terus, tetapi dengan angle yang menarik dan mikro, spesiifik dan peolpe hahahah). Kalau doanya itu-itu saja, ya yang di dapat pun itu-itu saja.

Dari itu, berdoa selain meminta kesehatan, rezeki dan kecukupan/kesejahteraan, jangan lupa menyisipkan permohonan kebahagiaan. Sebab seperti pada awal tadi, keluarga pemula jauh dari bahagia (lebih karen amenderita secara ekonomi) karena kektidaaan uang. Pada titik lain, ada keseimbangan antara kesejahteraan dan kebahagiaan, namun banyak pula, kebahagiana menjdai rusak karena serba berkecukupan.

Harta yang melimpat menutup cinta, kesetiaan, kerukunan, dan keterbukaan. Dengan harta berlimpah, semuanya penyertaan orang lain dan bahkan penyelenggaraan Illahi pun seakan dienyahkan dari dalam pikiran. Seoalh-olah, uanglah yang enjadi Tuhan, orang yang menghamba pada uang atau mempertuhankan perut: money is the second God.

Fenomena kegagalan manajemen kapitalimen gobal di Amerika dan dunia saat ini yang ditandai krisis finansial menjadi pintu masuk kita bermenung, bahwa menghamba pada uang/perut tidak abadi. Saatnya bersadar, melakukan gerakan kembali pada nurani dengan menyeimbangkan relasi manusia sesamanya, manusia dengan lingkungannya termasuk benda mati dan makhluk lainnya , serta hubungan manusia dengan Tuhannya.

Tulisan sekadar membagi meluapkan gagas sukma yang terpendam, semoga terkabul dan tidak takabur. (Domuara Damianus Ambarita)

[+/-] Selengkapnya...

Apa Betul Kaum Pendoa Harus Kaya?

SAYA berasal dari keluarga besar. Dari satu rahim dan satu penabur bibit: lahir 14 anak, datu di antaranya meninggal semasa anak-anak, seusia kelas 1 SD, selainnya memiliki keturunan. Ibu saya, janda tua, 80 tahun, saat ini punya cucu 37 cucu, dua cicit.

Mayoritas anaknya petani, dan tinggal di pegunungan Bukit Barisan. Hanya dua orang kami di pulau Jawa. Semua anaknya berada pada kelas bawah, miskin. Untunglag ibu masih mewarisi penghasilan ayah kami almarhum, dari gaji veteran sebagai bekas TKRI.

Kakak saya nomor lima, pertengahan bulan Oktober lalu berkunjung ke Jakarta, menghadiri wisuda putrinya. Kami tak sempat lama bicara tentang banyak hal, termsuk mengabsensi satu-satu saudara di kampung sana, berikut keluarganya.

Mungkin ini yang menonjol dalam ingatan dia adalah, Abang Sulung saya, yang sudah punya dua cucu dari emapt anaknya. Si Abang belakangan sering uring-uringan gara-gara kondisi perekonomiannya tak kunjung membaik setelah mengalami krisis akibat kerugian saat berdagang, tepatnya pedagang pengumpul komoditas pertanian cepat busuk semacam jahe, dan cabai.

Menurut cerita kakakku, Si Abang, akalu sudha emosi, dia sepertinya ngambek, dan ingin secepatnya hengkang, meninggalkan kampung. Alasan dia sangat fundamental (bagi sebagian orang). Dia adalah tetua adat, dan semacam kepala suku. Kalau ada acara ritual adat, doa maupun ritual, dialah yang memimpin.

Dari sudut ini, rupanya dia berpikir (dan juga mungkin banyak orang), selaku pemimpin, tetua dan apalagi sering berdoa (entah secara adat maupun keyakinan agama masing-masing), dia mestinya mendapat nilai lebih di hadapan Tuhan dan manusia. Sebagai bukti nyata, setidaknya perekonomian lebih baik, kesejahtarean lebih menonjol. Kasarnya kayalah, atau setidaknya berkecukupan.

Ya, saya, mungkin juga sebagain besar rakyat Indonesia masih terperangkap pola pikir seperti si Abang tadi. pada titik tertentu mengidentikkan doa dengan kesehatan, kesejahteraan dan kecukupan. Dan oleh karenanya, menilai remeh orang yang kendati pun saleh dan beriman, tetapi kehidupan ekonominya melarat, miskin.

Susah memang. Tidak mudah memahami kehendak Illahi yang menyebut, lebih susah seekor Onta masuk lobang jarum daripada seorang kaya masuk kerajaan Allah.

Cerita yang saya angkat dari kemiskinan keluarga, dan sikap putus asa tadi, mungkin pula diperlihatkan saudara-saudara kita di Flores tau pedalaman Pontianak, seperti disebut mas Haryo.

Mereka sering menghukum, atau menagih pada Tuhan hanya dengan mengingat investasi doa, dan pujian, tetapi nyaris melupkan sebera besar kerja keras, keringat menetes untuk bercocok tanam, bekerja dan berbakti untuk keluarga. Doa sangat cukup menjawab kebutuhan rohaniah, dan kernanya kita kuat menghadapi keadaan sesulit dan semiskin apa pun.

Tapi dia taidak akan pernah secara nalar, bisa menyelamatkan kita dari kemiskinan, dari kelaparana, jika kita pun tak menggunakan tenaga dalam artian fisik, dan pikiran untuk mencari sesuatu yang bernilai ekonomi. Singkatnya, andaipun kita berdoa selama tujuh hari dalam seminggu, makanan dan uang tidak akan datang ke hadapan kita.

Ini pula yang saya sampaikan kepada kakak saya untuk disampikan ke Abang sulung kami, agar sembari berdoa secara tekun, dia beserta istri pun jangan lupa bekerja kerat, ulet dan tak mengenal lelah: bertani kek, berdagang kek, dan sebagainya.

Perlu ada keseimbangan antara rohaniah dan batiniah. Untuk mencapai kebutuhan batin, maka urusan spiritual seperti berdoa dan beribadatlah jawabnya. Jika ingin juga mencapai kepuasan jasmaniah, tidak cukup berdoa saja melainkan harus pula mengerahkan segenap tenaga, pikiran dan alak untuk bekerja untuk menghasilkan uang.

Menjadi celaka, kalau hanya tekun dan ulet berdoa dan beribadat, tetapi malah berkarya maka ujung-ujungnya akan lahir aliran-aliran sesat yang menyalahkan Tuhan.

Dalam konteks gereja, yang saya, tahu membatasi lembaga untuk tidak terjerumus dalam hal-hal duniawi: bisnis, politik dan kekuasaan. Namun juga, sudah tidak saatnya lagi terlalu apriori terhadap kehidupan duniawi, yang antara lain dapat dilakukan dengan mendorong umat lebih cerdas melihat tanda-tanda zaman.

Saatnya para pastor lewat kotbahnya setiap ekaristi, memberi contoh-contoh konkret dalam kehidupan saat ini, tidak melulu kutipan Alkitabiah. Boleh mengutip ayat-ayat Suci, tetapi dikaitkan dalam konteks kekinian.

Dan bagi kaum awam, seperti kita semua, kita harus peduli basis Katolik yang miskin. Kalau tidak, mungkin hanya menunggu waktu: daerah basis itu hanya tinggal sejarah.

Kemiskinan di sini dalam konteks harta benda. Haruskah orang beriman, yang rajin mendoa menyukuri dan menerima apa adanya kemiskinan dengan alasan, toh Yesus juga menjadi Nabi bukan karena kaya-raya melainkan karena penyerahan totalitas. Akankah pula menjadi perdebatan, dan lalu menghukum seorang kaya tidak boleh jadi pengikut Yesus Kristus. (Domuara Damianus Ambarita)


[+/-] Selengkapnya...

Kamis, 30 Oktober 2008

Latihan sebelum pentas medical cabaret, di UPH, 2 November 2008.






Ratusan Dokter Mengamen untuk Danai Bedah Otak (5-Habis)
Gelar Kabaret untuk Mengamen sekaligus Hilangkan Stres

TINDAKAN bedah saraf dan otak menghabiskan biaya besar. Mungkin puluhan juta, ratusan juta bahkan puluhan miliar. Tentu tergantung kondisi pasien. Jika pasien dari kalangan mampu tentu tak menjadi soal, tetapi bagaimana kalau kaum papa, rakyat jelata nan miskin. Apakah kita tega melihat mereka menderita sumur hidup dengan tumor atau kanker di otak?

Menurut kepala Neuro Science Center RS Siloam dr Eka Julianta Wahjoepramono, biaya untuk dokter, anastesi dan pendukungnya saja sektiar Rp 40 juta. Lalu dana lebih besar lagi dibutuhkan pascaoperasi dan pemulihan. Misalnya tarif perawatan pasien di unit perawatan intensif (ICU) sebesar 700 dolar AS/hari atau setara Rp 6,4 juta (asumsi 1 dolar AS = Rp 9.200).

"Ini betul-betul wallahu walam. Yang namanya bedah otak bisa saja hanya sehari di ICU, tetapi ada juga yang mencatat rekor total delapan bulan di ICU karena otaknya kena virus setelah oeprasi sehingga harus menggunakan alat bantu pernafasan," ujar dr Eka.

Mengapa biaya operasi otak sangat mahal? Penyebabnya adalah karena alat-alat dan mesin operasi hampir semuanya produk impor yang harganya sangat mahal. Misalnya, bornya saja seharga Rp 600 juta, dan hampir pasti diganti dalam tiga tahun karena usang. Mata bornya dari berlian, satu buji Rp 3 juta, dan langsung dibuang sekali pakai. Dalam sekali operasi bisa belasan mata bor yang dipakai. "Bagaimana murah, kan saya tidak bisa menggunakan bor kayu untuk membedah otak," kata dr Eka bergurau.

Namun tingginya biaya operasi atau bedah otak tidak menghentikan kepedulian sosial dr Eka selaku Yayasan Otak Indonesia. Untuk alasan kemanusiaan inilah, beberapa dokter dan peduli kemanusiaan mendirikan Yayasan Otak Indonesia untuk mengusahakan biaya pengobatan pasien tak mampu seperti telah dirasakan Jumiati, istri seorang dan Ardiansyah.

Yayasan Otak Indonesia selain mengandalkan kebaikan hati orang-orang berduit yang masih punya kepedulian sosial, para dokter pun menggelar kabaret dengan undangan 2.000 orang. Memadukan kesehatan dan seni, pagelaran charity night yang dinamai Medicabaret akronim dari Medical Cabaret yang dilangsungkan di Grand Chapel Gedung C Lantai 6 UPH Karawaci, Tangerang , 2 November 2008 pukul 19.00-22.00.

Pemainnya bejumlah 300 orang yang semuanya berkaitan dengan kedokteran, yakni dokter- dokter, perawat RS Siloam, dosen dan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan. Lewat pegelaran ini, para dokter ingin mengamen berharap sumbangan dari para mantan pasien yang pernah 'berutang nyawa'.

"Hitung-hitung, para dokter yang sudah stress bekerja setiap hari ingin refreshing sekalian mengamen," ujar dr Endang M Johani SpM, Performance of Director Medicabaret.

Panitia Medicabaret, dr Willi Satriya menuturkan acara kesenian ini akan dihadiri sejumlah menteri seperti Menkopulhukam Widodo AS, Mekes Siti Fadilah Supari, Menlu Hassan Wirayudi beserta istri, mantan Ketua MPR Amien Rais, mantan Panglima ABRI Wiranto, dan duta besar sejumlah negara sahabat. Menurutnya, seminggu sebelum pertunjukan, tiket sudah hambir habis. "Tiket Medicabaret untuk 2.000 orang penonton sudah nyaris ludes," kata dia, Rabu (29/10).

Biaya pelaksaan berkisar Rp 100 juta. Kemudian hasil penjualan tiket dan mungkin sumbangan, setelah dipotong biaya pelaksanaan, akan diserahkan ke Yayasan Otak Indonesia dan selanjutnya mendanai operasi bedah otak semacam kaum papa, seperti Jumiati dan Ardiansyah.

Ide awal pelaksaanaan Medicabret, menurut dr Eka yang juga Dekan Fakultas Kedokteran UPH, karena para dokter bekerjanya luar biasa capai. Melayani pasien penderita tumor, kanker, otak dan sebagainya bisa sampai 15 hari jami sehari.

"Pekerjaan seperti ini membuat dokter dan paramedis stres. Belum lagi kalau pasien gagal disembuhkan, stres akan bertambah. Nah saya punya ide, untuk tidak stres bagaimana kalu kita bikin kabaret dan ternyata disambut banyak dokter," tutur pria kelahiran Klaten, Jawa Tengah, 27 Juli 1958.

Ide ini kemudian dikembangkan menjadi kegiatan sosial untuk menghimpun dana melalui Yayasan Otak Indonesia. Di saat sekarang, yayasan sulit menghimpun dana sponsor atau sumbangan.

Kendati diperankan para dokter, panitia mengerjakannya sebaik mungkin dengan melibatkan sutradara, dan koregrafer profesional.

Menurutnya, dokter kelompok bedah saraf RS Siloam dengan mantan pasien sangat akrab. Seperti keluarga. "Mereka pun memerlukan hiburan, dan terpikir bahwa pasien-pasien itu banyak di antaranya konglomerat, akan diundang. Setelah dikontak banyak yang mendukung, maka jadilah acara ini," sambung dokter Eka.

Medicabaret mengangkat temanya tentang cinta kasih. Ada cinta kasih dengan nuansa romantisme, maupun cinta kasih pertolongan pada korban gempa yang di dalamnya mengandung unsur pelayanan kesehatan misalnya operasi yang konyol, atau operasi melahirkan yang konyol. (Persda Network/Domu Damians Ambarita)

[+/-] Selengkapnya...


Dr Eka Julianto Wahjoepramono, kepala Neuro Science Centre RS Siloam/Dekan FK UPH

Ratusan Dokter Mengamen untuk Danai Bedah Otak Pasien tak Mampu(4)
Tolak Tawaran Pindah ke Amerika dan Jepang

SUKSES membongkar benda 'keramat' yakni batang otak dan mengangkat tumor dari dalamnya, membuat panjang harapan hidup Ardiansyah, pemuda yatim-piatu asal Cilegon, Banten. Pada sisi dr Eka Julianta Wahjoepramono, kepala Neuro Science Center RS Siloam, yang awalnya terkesan nekat, operasi ini justru membawa hikmah luar biasa. Sukses itu membuat dia terkenal dan disegani para dokter dari berbagai negara.

Mulanya, dokumentasi proses operasi mengangkat tumor dari dalam batang otak yang diperlihatkan pada satu forum internasional para dokter ahli bedah otak. "Setelah saya presentasikan, para dokter dari negara maju pun pada ngomong, ini bukan kasus biasa-biasa, tetapi luar biasa dan langka," ujar dokter Eka yang kini banyak terlibat pada organisasi kedokteran tingkat regional dan dunia seperti presiden Asian-Oceanean Skull Base Society.

Selepas operasi mengangkat tumor Ardiansya itu, dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang, dan Bedah Saraf Universitas Padjadjaran Bandung ini, pun makin laku dan sering diundang ke berbagai universitas di luar negeri.

Belakangan, dr Eka pun menemukan teknologi baru operasi bedah saraf otak atau yang disebut metoda Trans Clival. Dengan metoda ini, operasi otak tanpa harus bedah tengkorak melainkan cukup melalui tulang clivus pada hidung untuk mengangkat tumor yang menempel di bawah otak. Tingkat kesulitan ini terbilang rendah.

Dr Eka pun menjadi profesor tamu pada Fakultas Kedokteran Departemen Bedah Saraf Universitas Arkansas; dosen tamu pada Haravard Medical School, Massachuset, Amerika; Profesor Tamu pada Universitas Nasional Taiwan, Profesor Tamu pada Rumah Sakit Wang Fang, Taipei; dan Editorial Scientific of Australasia Neuroscience.

Jika 15 tahun silam dia masih dianggap remeh dan disepelekan dokter-dokter termasuk dari Singapura, belakangan berbalik. Nama dan prestasi dokter Eka pun semakin tersohor, dan makin digemari pasien. "Dalam sepuluh tahun terakhir, alumni pasien yang operasi saja mencapai 7.000-an, dan yang non operasi mungkin mencapai 10 kali lipat. Saban tahun kami melayani 700-an orang operasi bedah otak," kata dr Eka, suami dari Hanna K Damar.

Para pasien itu berasal dari berbagai daerah di Indonesia, juga dari berbagai negara. Paisennya dari Sabang ada dua orang, dari Merauke, dari perbatasan Batam yang seharusnya tinggal menyeberang setengah jam ke Singapura tetapi memilih berobat ke Jakarta.

Pasien dari Belanda datang ke Indonesia. Pasien dari Amerika juga datang ke Siloam. "Saya tanya dia, kenapa datang ke saya. Lalu kata pasien itu, 'Saya sudah dengar dan baca di Internet bahwa reputasi anda juga sama dengan dokter di Amerika.' Kalaupun pakai asuransi, saya harus tetap bayar 20 persen, yang nilainya tetap lebih mahal dibandingkan di Indonesia. Kelebihannya di Indonesia, setelah operasi saya sembari bisa pergi ke Bali'," kata dr Eka mengutip pasiennya.

Setelah prestasi luar biasa dan namanya mendunia, tawaran kepada dokter Eka terus berdatangan. Tawaran pekerjaan hingga pindah kewarganegaraan. "Saya ditawari di Jepang dan Arkansas. Tapi saya nggak mau. Alasan nasionalisme yang membuat saya bertahan di sini. terus terang, saya tersinggung kalau ada orang di luar negeri yang meredahkan atau tidak memandang Indonesia," kata dr Eka yang banyak menimba ilmu dari Prof Dr Med Raden Iskarno SpB SpBS, perintis Bagian Bedah Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung/RS Hasan Sadikin.

Memang banyak orang pintar putra bangsa yang hijrah bekerja ke luar negeri. Misalnya, pilot pesawat terbang yang eksodus pada perusahaan maskapai asing, teknisi mantan pegawai PT Dirgantara Indonesia dibajak pabrikan pesawat terbang, bahkan ilmuan/pelajar peraih medali emas pada olimpiade kimia, biologi, fisika dan matematika juga hengkang.

Alasan menolak pindah kewarganegaraan sekalipun ke negara maju dengan fasilitas yang wah, antara lain, dia mempunyai panggilan jiwa terhadap bangsa dan negara ini. Dan kalau pindah ke Amerika, belum tentu terkenal seperti populernya di Indonesia.

"Selama saya di Indonesia masih cukup makan dan minum, dan syukurlah selama ini terpenuhi, mengapa saya harus pergi. Dan kemudian, kalau bukan saya yang memulai mengangkat prestasi dokter bedah otak Indonesia, lalu siapa lagi," ujar dr Eka sembari menyebut pengorbanannya dalam meraih prestasi tidak mudah.

Tahun-tahun pertama, dia nyaris tak pernah libur, atau berakhir pekan bersama keluarga bahkan waktu untuk keluarga nyaris tidak ada. Bekerja dari pukul 07.00 hingga 24.00 dalam sehari, setiap hari. Barulah setelah ada tim dokter yang terdiri atas lima orang, barulah bisa cuti bergantian. (Persda Network/Domu Damians Ambarita)


[+/-] Selengkapnya...



Dokter Sosial: Kepala Neuro Science Center RS Siloam dr Eka Julianto Wahjoepramono, ahli bedah saraf kaliber internasional. Dia sering mengoperasi pasien miskin.



Ratusan Dokter Mengamen untuk Danai Bedah Otak Pasien tak Mampu (3)
Dr Eka Disegani Setelah Operasi Si Yatim Piatu

NYONYA Jumiati bukanlah satu-satunya pasien tak mampu yang menjalani bedah otak cuma- cuma di RS Siloam, Karawaci. Jauh hari sebelum menyelematkan ibu tiga anak itu dari bahaya kanker di otak, tim dokter yang dipimpin dr Eka Julianta Wahjoepramono, kepala Neuro Science Center RS Siloam, pun telah menolong Ardiansyah, pemuda yatim piatu asal Cilegon, Banten.

Sewaktu datang, Ardiansyah dalam kondisi kritis. Dia terancam lumpuh, buta dan napasnya putus. Penyakitnya bukan penyakit biasa, melainkan masih sangat langka yakni tumur bersarang di batang otak.

Ardiansyah datang bersama kakaknya. Mereka cuma dua bersaudara, yatim piatu dan keluarga miskin. Menghadapi kenyataan pasien pasti tak mampu membayar pengobatan, sedangkan penyakitnya pada staium gawat dan sulit ditangani, dr Eka tetap optimistis pasien dapat disembuhkan.

"Lalu saya ngomong ke pasien secara terus terang belum pernah melakukan operasi pada batang otak, apalagi mengangkat tumor dari dalamnya. Tapi kita tidak ada opsi lain. Lalu kakaknya menyerahkan, dan menyetujui operasi. Silakan dok, wong kami tidak punya uang. Kalau ternyata dokter nanti mau, kami punya gubuk satu, itu nanti bisa kami jual," kata dokter Eka menirukan penuturan pasrah keluarga si pasien. Jalan keluarnya, dr Eka meminta bantuan pendanaan pada pendiri Grup Lippo, juga bos RS Siloam, Mochtar Riyadi.


Begitu pasien dan keluarga menyetujui operasi, pembedahan tidak serta merta dilakukan. Dokter Eka terlebih dahulu membuka buku-buku referensi tentang bedah batang otak, dan konsultasi dengan dokter di Amerika.

Tumor di batang otak Ardiansyah seratus persen diangkat. "Saya sendiri baru sadar, operasi semacam itu adalah operasi yang sangat langka di Indonesia maupun di dunia," kata dr Eka, ayah tiga anak.

Untuk kasus langka semacam ini, lazimnya direkam dalam video. Sebelum operasi, selama berlangsungnya operasi hingga pascaoperasi didokumentasikan. Kemudian dalam banyak forum internasional, hasil operasi itu saya presentasikan, dan sambutannya luar biasa. Mereka salut dan mengatakan, luar biasa. bahkan dokter dari Amerika mengundang untuk penjelasan lebih lanjut.

"Hikmahnya, kami berani mengoperasi batang otak. Sebab sebelumnya dari barang kermat yang tak boleh disentuh, menajadi hal biasa. Setelah operasi Ardiansyah. kami menangani 13 kasus yang mirip di kemudian hari dan semua selamat," urai dr Eka, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan.

Lima belas tahun lalu, dr Eka masih mengenang ketika bertemu dokter-dokter Singapura, mereka selalu meremehkan. Mencemooh dokter asal Indonesia yang dianggap hanya bisa mengoperasi kecil pada korban kecelakaan lalu-lintas. Saat itu semua orang berduit penderita tumor otak, 99 persen pasti berobat minimal ke Singapura.

Dokter yang sama, belakangan jadi sewot, karena pasien dari Indonesia sudah jarang pergi ke Singapura. "Sekarang untuk bedah otak, kita malah sudah jauh daripada keahlian dokter-dokter Singapura," ujar dr Eka yang menjabat President Asian Ocean Skull Base Society.

Prestasi ini diakui negara-negara maju, termasuk Amerika. Dr Eka diundang sebagai guru besar tamu pada Universitas Arkansas, dan Universitas Harvard Amerika Serikat. Seterusnya dr Eka menjadi narasumber tersohor dan laris ke beberapa negara seperti Taiwan, Jepang, Malaysia, Jerman, untuk membicarakan hal yang sama, yakni sukses mengangkat tumor dari batang otak.

Ia mengatakan dalam dunia kesehatan bedah otak ada standar angka kematian, dan ada standard angka kesakitan. Misalnya, jumlah pasien yang dioperasi di Amerika adalah 1.000 orang dan meninggal lima orang, dan lumpuh 100 orang, sedangkan di Indonesia dari 1.000 pasien meninggal enam orang dan yang lumpuhnya 90 orang. Itu standard nilai keberhasilan. Dan setelah presentasikan di dunia internasional, standar Indonesia tidak beda jauh dengan Amerika, Jerman, dan Jepang.

"Di mana-mana pasti ada angka kematian. Nggak ada keberhasilan 100 persen hidup terutama untuk operasi otak. Dari angka ini, ternyata ktia tiadak bedah jauh dari negara maju. Dengan demikian masyarakat semakin menyadari, mengapa mereka mesti berangkat jauh ke luar negeri kalau di dalam negeri saja sudah bisa," kata dr Eka.

Dia mencontohkan satu BUMN besar, beberapa tahun lalu, jika staf ada keluhan sekalipun hanya pusing, maka selalu untuk memeriksa kesehatan selalu ke Tokyo. Dan setiap berangkat, selalu memabwa isitri atau suami. Belakang, pihak SDM BUMN itu mulai sadar, pengobatan semacam ini berbiaya tinggi, dan kebobolan miliaran rupiah.

Kebiasaan seperti ini sebenarnya sudah merebak. Pejabat negara, mulai menteri, staf presiden, konglomerat, kalau pusing biasanya langsung ke Singapura untuk periksa kesehatan. "Kalau orang gede-gede sudah menberi contoh begitu, yah bagaimana rakyatnya. Padahal banyak pemimpin di negara lain, tidak mau berobat ke luar negeri. Mereka memilih berobat di dalam negerinya sendiri dan percaya kepada dokter sendiri, mereka gengsi kalau harus ke luar negeri," katanya. (Persda Network/Domu Damians Ambarita)

[+/-] Selengkapnya...


Kepala Sekolahku Pemulung: Mahmud, Kepala Sekolah MTs Safinatul Husna di bilangan Pangadengan, Barat. Siang mengajar, sore memulung.



Ratusan Dokter Mengamen untuk Danai Bedah Otak Pasien Tidak Mampu (2)
Honor 'Aktor Film' Habis Biayai Pengobatan Istri

WAJAH Mahmud (48) putih bersih. Cerah. Dandangannya rapi, tidak lusuh. Tawanya juga renyah. Riang. Di antara empat laki-laki teman kerjanya yang sibuk membersihkan botol-botol plastik bekas wadah air mineral di antara tumpukan sampah, dia paling keren. Sekilas pandang sosok laki-laki setengah baya ini lebih pas juragan atau pedagang pengumpul dari para pemulung, tetapi kenyataan dia adalah pemulung sebetulnya. Mahmud terkesan pintar menyembunyikan duka lara kendatipun hidup sesungguhnya nelangsa.

Mahmud mengenakan kaus oblong atribut kampanye Pemilu 2004 dengan foto wajah Susilo Bambang Yudhoyono. Bawahannya sarung warna merah tua. Di tengah perbincangan dia pamit menunaikan salat Magrib, bersalin kemeja koko hijau tua dan peci hitam. Dia masuk ke rumah kotak berbahan bambu dan kayu lapis, di dekat tumpukan sampah, 'ladangnya' memulung.

Mahmud seorang guru. Ya, pengajar bahkan dengan predikat Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah (MTs) Safinatul Husna di bilangan Pangadengan, Kalideres, Jakarta Barat. Pagi sampai siang Mahmud bekerja di sekolah, mengajar berbagai mata pelajaran mulai agama, matematika, bilogi, fisika dan sebagainya.

Yayasan yang mengelola sekolah ini terbilang lumayan besar dan membawahi sekolah MTs setingkat SMP, dan madarasah ibtidaiyah (MI) setingkat SD. Untuk Madrasah Tsanawiyah MTs saja memiliki ratusan siswa dengan 17 guru, dan seorang staf.

Kendati memimpin sekolah yang terbilang besar, dan sudah menjadi guru sejak tahun 1979, kehidupan keluarga tiga anak ini jauh dari layak. "Orang kadang-kadang tidak percaya, gaji saya kurang dari sejuta. Rata-rata hanya 500 ribu sampai Rp 700 ribu sebulan," ujar Mahmud. Penuturan Mahmud dibenarkan Jumiati, istrinya, bekas penderita kanker otak.

Dengan penghasilan sekecil itu, Mahmud mencari penghasilan tambahan. Dia memulung sampah-sampah yang masih bernilai ekonomi seperti lembaran plastik, botol plastik minuman mineral, kertas, kaleng dan lain sebagainya dari tempat pembuangan sampah sementara.

Jika pagi-siang, pukul 06.30 hingga puku 14.00 dia bekerja mendidik siswa-siswi dan mengorganisasi guru-guru beserta stafnya, sore hingga malam dia memulung. "Penghasilan sebagai pemulung saat ini kecil, paling-paling 300 ribu. Sebab sudah banyak pemulung. Kalau dulu, waktu pemulung sedikit, penghasilan suami saya bisa sejuta sebulan," kata Jumiati.

Realitas hidup yang dialami Mahmud memang terbilang tragis. Saat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengumbar bonus kepada guru berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan gaji yang dapat dibawa ke rumah minimal Rp 5 juta per bulan, berbanding terbalik dengan guru-guru swasta.

Mahmud menuturkan pekerjaan sambilan sebagai pemulung memang tanpa rintangan berarti, baik sesama guru, orang tua siswa maupun anak didiknya tidak sampai mengucilkan Mahmud. Namun profesi ganda, guru plus pemulung sempat menjadi bahan perguncingan. Mahmud dianggap merendahkan profesi guru, apalagi jabatannya cukup keren-beken, yakni kepala sekolah.

Apa tanggapan balik Mahmud atas cibiran itu? "Saya tak bermaksud merendahkan martabat dan harga diri profesi guru," kat dia. Justru dengan sambil memulung, Mahmud coba memberi pelajaran kepada kawan seprofesinya dan pihak-pihak lain, kalau gaji guru di Jakarta saja, ini Jakarta lho, belum cukup untuk kehidupan keluarga.

"Mestinya rekan-rekan guru yang lain bangga pada saya, siapa tahu ke depan guru swasta pun diperhatikan seperti PNS. Sebab guru swasta juga banyak, dan tugas mereka sama seperti guru negeri, mencerdaskan anak-anak," ujar Mahmud yang sudah menekuni pekerjaan mengumpulkan barang-barang bernilai ekonomi dari sampah buangan keluarga sekitar huniannya.

Derita keluarga Mahmud mengundang banyak keprihatinan, termasuk dari wartwan dan insan perfilman. Saat pembahsan RUU Guru dan Dosen marak rua tahun lalu, TVRI membuat tayangan dengan memosisikan Mahmud sebagai 'aktor' utama. TVRI mengeskploitasi rangkap jabatan guru dan pemulung. Setelah film itu tayang, Mahmud mendapat hadiah berupa tabungan Rp 20 juta.

Tahun lalu, dia juga menjadi 'aktor' film dokumenter berjudul 'Kepala Sekolahku Pemulung'. Film dokumenter terbaik yang menyabet penghargaan film favorit dalam kompetisi film dokumenter Eagle Award, Metro TV. Mahmud beserta istri pun tampil pada acara Kick Andi. "Semua tabungan saya dari film itu habis, ludes...des untuk pengobatan alternatif istri," kata Mahmud dengan nada pelan, lirih.

Seorang anaknya bahkan harus putus kuliah, drop-out, setelah dua semester berturut-turut tidak mampu membayar uang kuliah, karena semua penghasilan mereka tersedot untuk pengobatna sang ibu.

Jika dari TVRI didapatkan Mahmud honor Rp 20 juta, dari Metro TV diperoleh jalan mendapatkan operasi berbiaya ratusan juta dengan cuma-cuma. Saat derita dia diekspos Andy F Noya, sang presenter, hal itu mengilhami pihak RS Siloam Karawaci dan Yayasan Otak Indonesia memberi layanan bedah otak tanpa dipungut biaya. Beruntunglah keluarga ini, istri atau ibu yang mereka kasihi sudah bebas dari sergapan kanker otak mematikan. (Persda Network/Domu Damians Ambarita)

[+/-] Selengkapnya...


BEDAH OTAK GRATIS: NY Jumiati (48, atas), penderita kanker otak yang menjalani operasi gratis di RS Siloam Karawaci. Kiri, Mahmud (48), suaminya menunjukkan bekas bedahan pada tengkorak kepalanya.



Ratusan Dokter Mengamen untuk Danai Bedah Otak Pasien Tidak Mampu (1)
Siap Mati karena tak Kuat Menahan Sakit Kanker Otak

SORE itu, Ny Jumiati (43) berjalan perlahan mendekati Mahmud (48), sumianya yang sedang sibuk membersihkan botol-botol plastik minuman mineral hasil pungut atau pulungannya. Matanya mengawasi pekerjaan Mahmud, suaminya, berserta tiga kawannya sesama pemulung.

Suaranya begitu pelan. Pandangan mata tidak begitu fokus, dan mata kanan sekilas terlihat juling. Sesekali ia bertopang dagu. Tangan kanannya memegangi kepala bagian depan sebelah kanan sambil memijat-mijat.

"Kadang-kadang masih pusing," kata Jumiati, dalam perbincangan dengan Persda Network akhir pekan lalu di kediamannya di tepi tali irigasi Apuran di Jalan Bambu Larangan RT 03/05, Kelurahan Cengkareng Barat, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat.

Jumiati adalah bekas penderita kanker otak. Dia menjalani operasi bedah otak di Rumah Sakit Siloam, Lippo Karawaci, 3 Desember 2007. Setelah tengkorak kepala dibedah, daging kanker sebesar kira-kira bola pingpong, tepatnya berukuran 60,5 X 59,5 X 40,6 milimeter, diangkat dari otak. Operasi mengangkat daging tumbuh yang nyaris mendorong bola matanya keluar itu, gratis. Biaya operasi didanai RS Siloam bekerja sama dengan Yayasan Otak Indonesia.

Operasi pengangkatan kanker dari otak Jumiati dilakukan tim dokter RS Siloam yang dipimpin dr Eka Julianto Wahjoepramono, dokter bedah otak ternama di dunia asal Indonesia. Selama seminggu menjalani operasi dan pemulihan, keluarga pasien lemah secara ekonomi ini tidak mengeluarkan uang sepeser pun untuk pengobatan.

"Saya sudah pasrah, lillahi ta'ala (hanya karena Allah yang suci, Red). Saya sudah siap mati saat akan operasi mengangkat kanker dari otak saya, karena saya sudah tidak kuat lagi menahan sakitnya. Kalau memang gagal dan mati ya tidak apa-apalah, wong uang juga nggak punya untuk biaya operasi. Lagian, wong orang sehat saja bisa mati kok, apalagi saya yang sakit kanker otak," kata Jumiati yang bersyukur semakin sembuh pascaoperasi.

Mahmud, suami Jumiati adalah Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah (MTs) Safinatul Husna di bilangan Pangadengan, Kalideres, Jakarta Barat. Mahmud merangkap mengajar berbagai mata pelajaran mulai agama, matematika, bilogi, fisika dan sebagainya. Karena tuntutan biaya untuk pendidikan anak-anak, dan belakngan demi keperluan dana pengobatan istri, Mahmud mencari kerjaan sampingan yang jauh berbeda dari profesinya, yakni memulung sampah.

Delapan tahun sudah keluarga Mahmud mendiami rumah mereka di atas tanah milik Departemen Pekerjaan Umum DKI Jakarta di tepi Kali Apuran. Bangunan berdiri di atas bekas kolam ikan, berlantai bambu, berdinding kayu lapis. Rumah mereka beserta tiga bangunan lainnya terletak persis di antara tumpukan sampah dengan jalan.

Tumpukan sampah limbah rumah tangga di tempat penampungan sementara membukit, melebihi tinggi atap rumah Mahmud. "Rumah ini berdiri di atas tanah milik pemerintah. Kalau digusur, terpaksa kami akan pindah dan akan mencari tempat lain," kata Mahmud.

Di dalam gubuk derita itulah, selama bertahun-tahun, Jumiati bergelut dengan kanker otak yang menggerogotinya. Ibu tiga anak ini berjuang melawan sakit yang tak terperi. Mahmud menuturkan gejala sakit yang dirasakan Jumiati mulai muncul tahun 2003. Semula pusing, sakit seperti migrain menyerang kepala sebelah kanan.

Lama kelamaan sakit kian menyiksa bahkan gejalanya sampai membuat kejang. "Pada tahun 2004 sampai awal 2006, kejang masih sesekali. Belakangan bisa menjadi dua kali sehari. Kalau kejang, tangan dan kaki sakit luar biasa, daging-dagingnya serasa ditarik-tarik kencang banget," kata Jumiati.

Puncaknya, kejang berkepanjangan terjadi 3 Oktober 2006 dan memaksa keluarga membawanya ke RS Mintoharjo, Jakarta. "Di sanalah saya dikasih tahu dokter, kalu istri saya kena kanker otak dan harus segera dioperasi. Kalau tidak maka bola mata akan terdorong keluar oleh daging kanker. Saat itu dokter minta biaya Rp 50 juta, tapi kami tidak punya uang, dan kami putuskan pulang untuk berobat alternatif," kata Mahmud.

Setahun lebih menjalani obat-obatan alternatif, kanker otak tak kunjung hilang. Malah nyawa Jumiati semakin terancam. Risiko kebutaan dan kelumpuhan bahkan kematian pun kian besar. Sampai pada suatu kesempatan, Mahmud dan Jumian dihadirkan pada acara Kick Andi, acara televisi Metro TV yang mengangkat tragedi sosial profesi Mahmud, kepala sekolah merangkap pemulung. Film "Kepala Sekolahku Pemulung" dengan aktor utama Mahmud berhasil meraih dua penghargaan pada festival film dokumenter yang diselenggarakan Metro TV tahun 2007.

Rupanya dokter Eka, dan pengurus Yayasan Otak Indonesia menyaksikan acara itu. Dan nurani menggerakkan hati mereka untuk berbuat sesuatu, menolong kaum papa. "Kami putuskan segera mengoperasi Jumiati dengan tanpa dipungut biaya," ujar dr Eka Julianta Wahjoepramono, ketua tim dokter yang juga Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan, Lippo Karawaci, Tangerang, Banten. (Persda Network/Domuara Damians Ambarita)


[+/-] Selengkapnya...

Jumat, 03 Oktober 2008

KRISIS EKONOMI GLOBAL
"Subprime Mortgage" dan "Bailout": Selanjutnya...

Sumber: http://www.kompas.com/index.php/read/xml/2008/10/03/10422462/

DANDOSSI MATRAM
Sungguh sulit dipercaya bahwa pembiayaan kredit properti yang tidak hati-hati bisa meluluhlantakkan ekonomi negara adidaya semacam Amerika Serikat. Seluruh lapisan masyarakat di Amerika dan dunia saat ini menyesali investasi di surat utang subprime mortgage yang telah menyapu bersih modal mereka.

Subprime mortgage (SM) merupakan kredit perumahan yang skema pinjamannya telah dimodifikasi sehingga mempermudah kepemilikan rumah oleh orang miskin yang sebenarnya tidak layak mendapat kredit. Tingkat bunga The Fed, sepanjang tahun 2002-2004 yang hanya sekitar 1-1,75 persen, membuat bisnis SM dan perumahan booming. Tingginya bunga pinjaman SM (pada saat bunga deposito rendah) menarik investor kelas kakap dunia (bank, reksadana, dana pensiun, asuransi) membeli surat utang yang diterbitkan perusahaan SM.

Ketika The Fed, mulai Juni 2004, bertahap menaikkan bunga hingga mencapai 5,25 persen pada Agustus 2007, kredit perumahan mulai bermasalah akibat banyaknya nasabah yang gagal bayar. Dampaknya, banyak perusahaan penerbit SM rugi besar karena nasabahnya gagal bayar dan perusahaan SM tidak mampu membayar utang karena tidak dibayar nasabahnya. Terjadi banyak penyitaan rumah (1 dari 10 rumah di Cleveland, AS, dalam kondisi tersita). Pasar properti berubah menjadi seller market akibat banyak yang ingin menjual propertinya sehingga harga properti turun 10 persen.
Investor institusi keuangan yang membeli surat utang SM rugi besar karena surat utangnya hanya bernilai sekitar 20 persen. Akibatnya, harga saham atau nilai aktiva bersih dari investor yang memiliki SM jatuh dan membuat investor rugi besar.

Butuh likuiditas
Sialnya, kebutuhan likuiditas juga mendesak. Selain tiadanya capital gain dan penerimaan cash inflow dari kupon bunga SM yang gagal bayar, juga ada kebutuhan dana tunai karena sebagian investor yang mencairkan investasinya. Parahnya, pada saat bersamaan semua pihak butuh likuiditas, yang berakibat terjadinya credit crunch (kelangkaan likuiditas).

Akibatnya, untuk menutupi kebutuhan likuiditas, mayoritas investor terpaksa menjual portofolionya, termasuk sahamnya, secara besar-besaran, di seluruh dunia yang mengakibatkan terempasnya pasar modal dunia.

Akhirnya, Pemerintah Amerika Serikat (AS) turun tangan sepenuhnya mengatasi masalah yang ditimbulkannya sendiri. Dana 700 miliar dollar AS, secara bertahap, akan digelontorkan ke pasar untuk membeli surat utang SM yang bermasalah, yang telah membuat ekonomi AS babak belur.

”Bailout” dijegal

Rencana bailout, walau telah mendapatkan keputusan Senat, ternyata terjegal oleh keputusan House of Representative. Bursa global yang sudah bereaksi positif saat rencana diajukan kembali terkapar. Khusus Wall Street, indeks jatuh dengan angka yang ajaib. Indeks jatuh 777,7 point sebagai respons atas penolakan bailout senilai 700 miliar dollar AS tersebut. Mengindikasikan sedemikian parahnya krisis yang tengah terjadi di AS.

Saat ini, rencana bailout kedua segera diajukan kembali, dengan revisi tambahan usulan kenaikan penjaminan deposan dari 100.000 dollar AS menjadi 250.000 dollar AS untuk menenangkan deposan yang panik. Serta membebaskan Federal Deposit Insurance Corp meminjam tanpa batas kepada Departemen Keuangan saat membutuhkan dana.

Pertanyaannya, bila bailout ini disetujui, apakah kita bisa berharap krisis ekonomi global akan cepat pulih kembali? Ada baiknya kita lihat bagaimana bailout ala Amerika Serikat ini dilakukan.
”Bailout” untuk surat utang

Bailout dilakukan dalam bentuk pemerintah akan membeli surat utang SM yang macet, yang dipegang oleh investor—yang merupakan investor institusi keuangan, seperti bank, reksadana, dana pensiun, dan asuransi. Harga pembelian surat utang adalah harga pasar, yang saat ini jauh di bawah nominal. Dana bailout diperoleh dari penerbitan surat utang pemerintah di pasar uang. Setiap perusahaan yang menjual surat utang ke pemerintah terikat ketentuan tentang pembatasan gaji top eksekutif.

Dengan skema bailout yang seperti ini, manfaat utama yang bisa terlihat hanyalah berkurangnya tekanan penjualan portofolio, khususnya saham, secara global karena nantinya, dengan bailout, kebutuhan likuiditas, selain dari saham, bisa dipenuhi juga dari penjualan surat utang SM kepada pemerintah.

Namun, skema ini tidak akan mencegah kerugian yang diderita investor karena, dengan prinsip akuntansi marked to market, kerugian tetap harus diakui dalam pembukuan investor yang memiliki surat utang SM yang bermasalah. Kerugian yang besar tetap berpotensi menggerus modal yang mengakibatkan insolvensi, yang bermasalah pada ekuitas yang negatif bila tidak dilakukan injeksi modal baru.

Investor sendiri diragukan akan bersedia menjual surat utang mereka ke pemerintah dengan harga pasar. Mereka pasti akan berusaha keras mencari alternatif pendanaan lainnya daripada merealisasikan kerugian yang sangat besar dalam buku mereka.

Pemilik rumah tampaknya juga tidak mendapat manfaat banyak dari bailout ini karena kewajiban cicilan dengan bunga pasar tetap berlaku. Keringanan paling berbentuk kelonggaran dalam kriteria penyitaan oleh kreditor bila peminjam tidak mampu membayar kewajibannya.

Perusahaan penerbit SM juga tidak diberikan perhatian dalam bailout ini. Padahal, masalah utama krisis ini adalah nasabahnya yang gagal bayar, pasar properti yang over supply, serta nilai properti yang anjlok sehingga mereka tidak sanggup membayar kewajibannya kepada investor keuangan.

Skema bailout ini agak diragukan efektivitasnya dan manfaatnya bagi pemulihan ekonomi Amerika Serikat. Bayangkan ketika investor bertahan tidak menjual surat utangnya, atau pemilik rumah tetap tidak sanggup membayar kewajibannya dan penerbit surat utang tidak sanggup membayar.

Skema bailout ini berbeda sekali dengan saat Pemerintah Indonesia mem-bailout bank yang bermasalah. Saat itu, pemerintah mem-bailout dengan cara mengambil alih kepemilikan saham bank yang bermasalah melalui rekapitalisasi bank kemudian menjual sahamnya secara tender (yang sayangnya penjualannya terlalu dini dengan harga murah dan berorientasi ke investor asing).

Hindari intervensi

Kalau bailout ala AS, hanya untuk surat utang saja. Mungkin, prinsip kapitalisme dan liberalisme membuat bailout kepemilikan (saham) oleh pemerintah, yang bersifat intervensi, menjadi sesuatu yang dihindarkan di Amerika Serikat. Padahal, Inggris dengan cepat menasionalisasikan bank kedua terbesar di Inggris, Bradford & Bingley, juga Northern Rock’s yang bermasalah gara-gara subprime mortgage ini. Begitu pula dengan Fortis yang sebagian sahamnya diambil alih Pemerintah Belgia dan Belanda.

Tidak heran, ketika proposal bailout ini disetujui Kongres pada hari Minggu, pada perdagangan saham hari Seninnya, indeks global mengalami penurunan. Bisa jadi penurunan tersebut merupakan respons negatif terhadap usulan bailout yang memang tidak menyembuhkan penyakitnya secara tuntas.
Oleh karena itu, dengan skema bailout ini, janganlah kita terlalu berharap bahwa bailout ini akan tuntas menyelesaikan krisis ekonomi Amerika Serikat dan global dalam waktu 1-2 tahun ke depan.

Dampak terhadap Indonesia
Krisis SM sangat merugikan investor keuangan dunia yang juga berinvestasi di pasar modal dan uang Indonesia. Pukulan terbesar memang di pasar modal mengingat saham merupakan instrumen likuid, begitu pula deposito. Kebutuhan likuiditas yang tinggi membuat mereka keluar dari pasar keuangan Indonesia.

Untuk surat utang negara (SUN), tekanan tidak terlalu parah karena merupakan instrumen jangka panjang yang bebas risiko yang dimungkinkan ”disekolahkan” dalam bentuk REPO. Selain itu, pasar sekunder yang ada belum memungkinkan investor asing keluar secara instan dalam jumlah besar.
Penerbitan SUN baru untuk sementara waktu akan terganggu dengan masih akan absennya investor asing.

Tidak terlalu terpengaruh
Ekspor beberapa produk mungkin terganggu karena menurunnya permintaan. Namun, dengan pertumbuhan pasar domestik yang pesat, bisa meminimalisasi dampak penurunan pasar ekspor secara agregat. Dengan pasar domestik yang kuat, pendanaan dalam negeri yang likuid, serta pertumbuhan ekonomi yang terus tumbuh, seharusnya Indonesia tidak terlalu terpengaruh krisis yang terjadi di Amerika Serikat. Bahkan, krisis ini sebenarnya merupakan peluang Indonesia menyelinap lebih gesit.

Sejarah juga mencatat bahwa, pascakrisis moneter di Indonesia, setiap terjadi krisis di Amerika Serikat (9/11, Enron, SM), Indonesia berada pada posisi yang lebih baik atau malah diuntungkan. Buktinya, nilai kurs rupiah dalam jangka panjang malah relatif stabil atau menguat.
DANDOSSI MATRAM, Pengamat Pasar Modal

[+/-] Selengkapnya...

Rabu, 24 September 2008

Inilah Produk-produk Cina yang Ditarik dari Peredaran

Geram dan marah. Banyak produk yang dikonsumsi anak-anak beredar tanpa pengawasan pemerintah RI. Kalau pun belakangan diketahui bermasalah, bukan karena inisiatif pemerintah mengawasi dan meneliti, tetapi karena 'ikut-ikutan' dari ahli negara lain.

Padahal produk itu sepreti susu, permen dan kue-kuean sering dikonsumi anak-anak. Kue Oreo, misalnya, beredar luas, dan termasuk beberapkali dikonsumsi anak saya. Oreo menjadi alternatif yang saya bolehkan untuk anak-anak, daripada permen yang memang banyak bermasalah, selain merusak gigik lebih cepat. Tetapi ternyata, setali tiga uang.

Beginikah tanggung jawab pemerintah kepada rakyatnya???

Berikut berita dan daftar makanan yang dilarang

Inilah Produk-produk Cina yang Ditarik dari Peredaran

  1. Susu fermentasi rasa jeruk Jinwel Yougoo
  2. Aneka rasa buah Jinwel Yougoo
  3. Aneka Jinwel Yougoo tanpa rasa
  4. Susu bubuk full cream Guozhen
  5. Es Krim Meiji Indoeskrim Gold Monas rasa coklat
  6. Es Krim Meiji Indoeskrim Gold Monas rasa vanila
  7. Wafer batang Oreo
  8. Kue Oreo cokelat jenis Sandwich
  9. Kembang gula cokelat M&M's
  10. Cokelat susu M&M's
  11. Biskuit-Nougat lapis coklat Snickers
  12. Kembang gula cokelat Dove Choc
  13. Es batangan Yili Shesnut
  14. Es batangan kacang merah Yili Bean Club
  15. Es batangan rasa Yogurt Natural Choice
  16. Es batangan Yili Prestige Chocliz
  17. Susu murni UHT Nestle Dairy Farm
  18. Susu Yili rendah lemak
  19. Susu Yili berkalsium tinggi
  20. Susu murni Yili 205 ML
  21. Susu murni Yili 1 L
  22. Susu rasa stroberi Dutch Lady
  23. Permen krim White Rabbit
  24. Yogurt beku Yili Choice Dairy
http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/09/24/0031267/sejumlah.produk.dilarang.beredar

Sejumlah Produk Dilarang Beredar

BPOM Periksa Produk Susu dari China

Jakarta, Kompas - Pemerintah melarang peredaran susu dari China di seluruh provinsi di Indonesia. Hal ini demi menjaga keamanan pangan setelah merebaknya kasus susu mengandung melamin yang menyebabkan ribuan anak di China sakit dan ada yang meninggal dunia.


Sejauh ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tidak menemukan susu formula (susu untuk bayi) di Indonesia yang diimpor dari China. ”Bahan baku susu formula yang diproduksi di Indonesia juga tidak berasal dari China,” kata Direktur Inspeksi dan Sertifikasi Pangan Badan POM Tien Gartini, Selasa (23/9) di Jakarta.


Pada kesempatan terpisah, Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari membenarkan adanya produk susu untuk orang dewasa dari China yang beredar di Indonesia. Susu asal China itu adalah susu bubuk full cream merek Guozhen dengan nomor pendaftaran ML 805309001478. Izin edar susu full cream itu diberikan setahun lalu.


Terkait hal itu, Badan POM akan berkoordinasi dengan Departemen Perdagangan untuk mengamankannya. Meski belum diketahui apakah susu itu juga tercemar melamin, pemerintah memutuskan menarik produk itu dari peredaran. ”Itu sedang kami lakukan pemeriksaan apakah produk susu itu mengandung melamin atau tidak,” kata Kepala Badan POM Rubiana Husniah Thamrin Akib.


Pada 18 September lalu, Badan POM membuat surat edaran ke seluruh Balai POM untuk memeriksanya. ”Yang kami takutkan ada produk ilegal beredar. Karena itu, bila masyarakat menemukan susu ilegal atau yang tidak terdaftar di Badan POM, kami minta segera melaporkan ke Unit Layanan Konsumen Badan POM dengan nomor telepon 4263333,” ujarnya.


Selain itu, Badan POM melayangkan surat kepada Asosiasi Peritel Indonesia, Selasa (23/9), yang isinya meminta para peritel agar mengamankan produk-produk susu serta berbagai produk yang mengandung susu dari China, seperti permen, biskuit, kembang gula, yoghurt, dan es krim. Hal itu dilakukan dengan cara menariknya dari peredaran, menyegel, dan melaporkan hasilnya kepada Badan POM.


Tidak panik
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Thomas Darmawan mengharapkan konsumen tidak panik, apalagi enggan mengonsumsi susu dan produk olahannya, karena khawatir mengandung susu terkontaminasi yang diimpor dari China.


Menurut Thomas, hampir semua pengusaha yang memproduksi makanan atau minuman olahan susu tidak mengimpor bahan bakunya dari China. Produk susu di Indonesia umumnya diimpor dari Australia, Selandia Baru, Kanada, dan Argentina.


Di Jakarta, Dinas Perdagangan dan Perindustrian DKI Jakarta mengetatkan pengawasan susu dan produk turunannya yang berasal dari China. Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mengizinkan penarikan semua jenis susu dan produk turunannya dari China jika positif tercemar dan membahayakan warga. ”Jika di China dan Singapura produk semacam itu sudah ditarik, kenapa di Jakarta harus menunggu jatuhnya korban?” kata Fauzi Bowo. (EVY/DAY/ECA/WHY)


[+/-] Selengkapnya...

Selasa, 16 September 2008

Pergerakan BI Rate dalam 3 Tahun Terakhir

SUKU bunga acuan Bank Indonesia atau dikenal dengan BI rate pertama kali diterapkan dalam sistem keuangan Indonesia pada 5 Juli 2005. Penerapan ini sejalan dengan penggunaan suku bunga sebagai sinyal kebijakan moneter. Saat pertama kali diterapkan, Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI memutuskan BI Rate ditetapkan sebesar 8,5 persen.

RDG tersebut merupakan rapat pertama yang dilakukan sejak BI mengimplementasikan Inflation Targeting Framework, yang secara eksplisit mengumumkan suku bunga kebijakan, BI Rate, kepada publik. Dewan Gubernur memandang penetapan suku bunga tersebut dapat mengendalikan tingkat inflasi ke arah sasaran inflasi jangka menengah sekaligus kondusif untuk memelihara momentum pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dewasa ini.

Suku bunga tersebut berlaku selama triwulan III-2005, namun tanpa menutup kemungkinan dilakukannya penyesuaian pada bulan-bulan selanjutnya sejalan dengan perkembangan perekonomian dan kondisi moneter secara keseluruhan.

Dalam mengontrol likuiditas rupiah dan inflasi, BI sebelumnya menggunakan instrumen lelang yang disebut dengan suku bunga bank indonesia (SBI). Peserta tender adalah bank-bank dan atau lembaga keuangan lainnya. Namanya lelang besaran kenaikan atau penurunan SBI tidak dapat dipastikan, demikian juga besarannya sulit ditebak.

Seakan mengadopsi penerapan suku bunga yang digunakan bank sentral Amerika Serikan, The Federal Reserve atau The Fed, BI pun mulai meninggalkan sistem lelang sebagai satu-satunya penentu kebijakan naik atau turunnya suku bunga acuan. Dengan itu, BI mengadopsi BI rate yang diputuskan melalui rapat, bukan lagi tergantung pihak-pihak lain yang 'bertarung' dalam leleng.

Menurut data Bank Indonesia, RDG memandang perkembangan ekonomi Indonesia triwulan II-2005 tetap tumbuh tinggi diikuti oleh pola ekspansi ekonomi dengan peran investasi yang semakin besar. Hal ini cukup menggembirakan, meskipun ekonomi global tumbuh melambat dan diliputi ketidakpastian yang tinggi.

Sejak itu, BI rate menjadi instrumen suku bunga acuan, kendatipun SBI masih dilelang untuk bulanan, tribulanan dan sebagianya. Keuntungan penerapan BI rate, para pelaku pasar tidak perlu berspekulasi liar terhadap besaran perubahan BI rate. Mereka tinggal menebak angka sektiar 25 basis poin atau kelipatannya. Turun atau naik, tergantung tren inflasi dan kondisi pasar modal.

Sejak ditetapkan sebesar 8,50 persen pertama kali, BI rate terus naik turun. Fluktuasi ini dipengaruhi likuiditas rupiah, gejolak valas, pasar modal, dan inflasi. Kendati terjadi gejolak, pasar lebih mudah menebak kenaikan atau penurunan BI rate. Lazimnya, jika inflasi melonjak besar dan terjadi gejolak pasar uang yang melemahkan rupiah, maka BI rate pun akan naik menyesuaikan inflasi.

Dalam enam bulan pertama tahun 2005, BI rate naik terus. Juli hingga September naik masing- masing 25 basis poin atau 25 persen. Lalu Oktober tejadi lonjakan 100 poin atau 1 persen, kemudian melonpat lagi 125 basis poin November, dan melonjak lagi 50 basis poin menjadi 12,72 di pengujung tahun. Angka 12,75 bertahan selama lima bulan hingga pertengahan 2006. Itulah tingkat BI rate tertinggi sepanjang diterapkan di Indonesia dalma tiga tahun terakhir.

Sejak itu, BI rate cenderung turun terus. Titik terendah adalah 8 Desember 2007 hingga 3 April 2008, ketika BI rate berada di level 8,00. Saat ini, BI rat ekembali cenderung naik dengan posisi terakhir 9,25 persen sejak 4 Sept 2008.

Sekarang, sektor riil dan debitor akan direporkan beban suku bunga, bila pemerintah menyetujui usul Lembaga Moneter Internasional (IMF) yang mematok BI rate saat ini minimal 10,25 persen. (persda network/domu damians ambarita)

BI Rate dari Masa ke Masa

Tanggal BI Rate
4 Sept 2008 9.25%
5 Aug 2008 9.00%
3 July 2008 8.75%

5 June 2008 8.50%
6 May 2008 8.25%
3 April 2008 8.00%
6 March 2008 8.00%
6 Feb 2008 8.00%
8 Jan 2008 8.00%
6 Dec 2007 8.00%
6 Nov 2007 8.25%
8 Oct 2007 8.25%
6 Sept 2007 8.25%
7 Aug 2007 8.25%
5 July 2007 8.25%
7 June 2007 8.50%
8 May 2007 8.75%
5 April 2007 9.00%
6 March 2007 9.00%
6 Feb 2007 9.25%
4 Jan 2007 9.50%
7 Dec 2006 9.75%
7 Nov 2006 10.25%
5 Oct 2006 10.75%
5 Sept 2006 11.25%
8 Aug 2006 11.75%
6 July 2006 12.25%
6 June 2006 12.50%
9 May 2006 12.50%
5 April 2006 12.75%
7 March 2006 12.75%
7 Feb 2006 12.75%
9 Jan 2006 12.75%
6 Dec 2005 12.75%
1 Nov 2005 12.25%
4 Oct 2005 11.00%
6 Sept 2005 10.00%
9 Aug 2005 8.75%
5 July 2005 8.50%

Sumber: Bank Indonesia


[+/-] Selengkapnya...

Rabu, 10 September 2008

Anggota Komisi IX DPR Periode 1999-2004

Inilah nama-nama Anggota Komisi IX periode 1999-2004. Semua mereka ini diduga terlibat menerima uang yang mengalir dari Yayasan Pengembangan Perbankan Indonesia (YPPI) di bawah Bank Indonesia (BI). PPAT baru-baru ini menyebut, 41 anggota Komisi IX, diduga menerima uang minimal Rp 500 juta melalui pencairan 400 lembar cek bernominal masing-masing Rp 50 juta. Siapakah yang nggak terima ngacung, yang terima ngaku hayo!!!

Fraksi Golkar:
Hafid Alwi, TN Nurlid, Baharuddin Aritonang, Antoni Zeidra Abidin, Ahmad Hafiz Zawawi, Asep Sujana, Bobi Suhadirman, Aji Ashar Muklis, Abdullah Zaini, Ryan Salampessy, Hamka Yandhu, Henky Baramuli, Reza Kemarala, Paskah Suzetta.

Fraksi PDIP:
Emir Moeis, Max Moein, Poltak Sitorus, Alberson M Sihaloho, Sukowaluyo Mintohardjo, Candra Wijaya, Zulvan Lindan, Angelina Fathian, William Tutuarima, Sukono, Mahtus Corness, Dudi Makmun Murod, Sutanto Pranoto, Donny Prasetyo.

Fraksi PPP:
Daniel Tanjung, Sofyan Usman, Endin AJ Soefihara, Uray Faisal Hamid, Habil Marati, Faisal Basir.

Fraksi PKB:
Amrul Al Mutaksin, Ali As'ad, Arif Pasari Siagian, Arif Muchtar Wijaya, Amrul Usni, Ali Masykur Musa.

Fraksi Reformasi:
Rizal Djalil, Askar Jaya, TB Sumanjaya, Datud Rangkoyo, Al Munawwar Saleh.

Fraksi TNI/Polri:
Mayjen Darsud Yusuf, R Sulistyadi, Suyitno, Ucu Juheri,

Fraksi KKI:
Hafid Mapas dan FX Soemitro.

Fraksi PBB
MS Kaban

Fraksi PDU
Abdullah Al Wahdi

Sumber: Kompas

[+/-] Selengkapnya...

Senin, 08 September 2008


NKRI GAWAT DARURAT


NKRI gawat darurat. Pada banyak Pilkada, angka Golput cukup tinggi. Survei menunjukkan kaum terpelajar dan nasionalis banyak Golput karena apatis terhadap situasi kondisi politik. Kampanye Golput pun dilancarkan mereka yang tidak saja apatis terhadap politik, juga yang ingin memenangkan pertandingan dengan telak. Saat kaum terdidik cuek, partisipasi kelas bawah (termasuk yang buta huruf) sangat tinggi maka terpilihlah pemimpin kaum bodoh.

Pada satu bagian, ada Parpol berbasis agama mewajibkan (jihad politik) mencoblos kepada kader dan masyarakat; mencoblos ditanamkan sebagai ibadah, yang jika dijabarkan adalah haram jika tidak menunaikannya. Aktivis parpol kelompok ini mengajarkan doktrin seakan dogma, bahwa mencoblos adalah wajib hukumnya, dan kalau tidak mencoblos berarti dosa

Sekilas dapat dimaklumi karena kaum terpelajar yang dapat mengalisis situasi dan kondisi serta fakta-fakta yang mencuat melalui media massa, semakin apatis dan tidak bernafsu melihat politik yang kotor saat ini. Pascareformasi, anggota DPR atau politisi kok malah semakin banyak yang jatuh ke lembah nista seperti terjerat kasus korupsi, skandal seks, dan sebagainya. Ya, itu betul.

Tetapi dengan kita menyerah, apatis, sama saja kita membiarkan kebobrokan akan semakin parah. Ibarat main bola, tanpa ikut bertanding, tim akan dinyatakan kalah WO dengan skor 3:0. Berbeda kalau kita ikut berjuang, mungkin kekalahan tidak setelak itu, dan jauh dari kesan, menyerah sebelum bertanding.

Kita dapat melihat kehadiaran para nabi, kehadirannya ke dunia justru ketika dunia sangat kotor, yang antara lain ditandai baku bunuh, menghalalkan segala cara, ahli-ahli taurat dengan mengatasnamakan Tuhan tetapi perbuatan justru jauh dari kehendak Allah, pemimpin negara sangat otoriter, biadab, dan bahkan nabi-nabi palsu sangat marak ketika itu.


Dengan demikian, tidak cukup alasan buat kita menyerah dalam situasi politik Indonesia yang karut marut, fundamentalisme yang makin meruncing, pencegahan-pemungkiran terhadap kebebasan beragama, pluralisme dan demokrasi. Kebenaran dan kebebasan seakan hanya milik segelintir orang.

Mungkin Anda berkata, apa yang saya perbuat dengan hanya satu suara. Atau apalah artinya satu suara saya, toh tidak berpengaruh. Itulah kesimpulan yang terlalu dini. Dan celakalah, jika ribuan atau jutaan orang berpikir demikian.

Padahal dalam Pemilihan, beda satu atau dua suara saja sudah sangat menentukan pemenang entah untuk Bupati, Walikota, Gubernur, calon lagislator sampai pada presiden/wakil presiden. Bagaimana pun kita melihat, di banyak daerah, parpol berbasis agama memenangkan banyak kepala daerah.

Kalau Anda mulai merasakan aliran radikal semakin menggila membatasi hak-hak asasi warga lainnya sebagai, hak menjalankan ibadah kian hari semakin terancam kebebasannya, kalau atribut adat istiadat-daerah dan keanekaragaman atau ke-Bhinnekatunggalika-an Nusantara semakin samar, maka jangan salahkan pemimpin berkuasa. Sebab dia memang mendapat mandat dari hanya sekelompok atau segolongan, yang pada proses demokrasi sebelumnya dalam pemilu, telah disodorkan visi-misi dan program yang tentu saja kelompok prokonstituen tadi.

Kalau Anda tidak ingin kaum agamis-ekstremis menguasai negara ini, maka mari ikut berpatisipasi dalam memanfaatkan hak-hak politik. Sebai permulaan, mari pastikan tercantum dalam daftar pemilih sementara (DPS).

Nama-nama calon pemilih dapat dilihat di kelurahan mulai hari ini, Senin (8/9). Jika nama Anda, karena belum mendaftar, atau memang karena permainan pihak tertentu yang dengan sengaja menghilangkan hak suara Anda dan keluarga, maka masih ada perpajangan pendaftaran hingga 26 Septermber 2008.

Jadi, pastikan ikut berpartisipasi dalam Pemilu. Apa pun partai Anda, siapa pun calon legislator atau calon presiden/wakil presiden, tidak menjadi soal. Yang penting suara jangan dihilangkan begitu saja. Pendeknya Mencoblos yes, Golput No. Sebagai langkah awal, sekali lagi, pastikan nama Anda dan keluarga tercantum dalam DPS. JIKA BELUM TERCANTUM, MENDAFTARLAH SEBELUM 26 SEPTEMBER 2008.

Perlu saya informasikan, saya semula sepemahaman dengan kaum Golput. Tapi belakangan, saya sadari, seperti kata pepatah, untuk memperbaiki diri saya, tidak ada jalan lain kecuali saya sendiri yang berubah menuju perbaikan. Seperti kata orang bijak, satu sunatullah, "Allah, tidak akan mengubah nasib suatu kaum kalau mereka tidak mau mengubah diri mereka sendiri."

Saya bukan aktivis parpol, bukan caleg, bukan pula partisan. Imbauan ini semata karena kegalauan saya pada situasi akhir-akhir ini, saat rasa senasib sepenanggungan, sebangsa dan setanah-air kita sebagai warga bangsa sama makin suram. Di pihak lain, menguat cara-cara premanisme daan anarkisme secara terorganisasi.

Saya coba merenung, andai para pendiri bangsa ini masih hdiup, lelehan air mata pasti akan tumpah, menyaksikan bangsa ini semakin hari makin jauh dari cita-cita perjuangan bangsa yang mengakui Bhinneka Tunggal Ika, dan Pancasila.

MOHON DISEBAR

Salam Hormat
* * * * *
DOMU DAMIANS AMBARITA
www.domu-ambarita.blogspot.com

[+/-] Selengkapnya...

Sabtu, 23 Agustus 2008

Rerimbun Pohon Cengkeh dekat Terminal Kuningan, Cirebon


Monyet, Petani Cengkeh yang Congkak

PRODUSEN
rokok menjerit. Harga komoditas cengkeh melonjak dari Rp 35 ribu per kilogram menjadi Rp 55 ribu. Sudah mahal barnag tidak ada. Kejadian ini karena hasil panen menipis, sedangkan permintaan meningkat. Maka berlangsunglah hukum pasar, supply terbatas sedangkan demand meningkat, maka harga akan naik.
Gua Maria Sawer Rahmat, Cigugur, Cisantana

Tidak seperti kebijakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wapres Jusuf Kalla, yang menaikkan harga bahan bakar minyak antara lain minyak tanah dan elpiji, namun barang justru langka. harga sudah mahal, tetapi ketersediaan barang tidak terjamin untuk dibeli konsumen.

Imbas dari kelangkaan cengkeh, produsen rokok selaku konsumen cengkeh terpaksa mencari sumber alternatif, antara lain mengimpor cengkeh dari luar negeri.


Baru-baru ini, saya bepergian ke Kuningan, Cirebon, ke Gua Maria di Cisantana, Cigugur, Kuningan. Lokasinya terletak di kak gunung Ciremai, perjalanan sekitar seperempat jam naik sepeda motor dari terminal Kuningan. Tempat pejiarahan dan pendalaman spiritual umat Katolik ini dinamai Gua Maria Sawer Rahmat.

Perjalan ke Gua Maria Sawer Rahmat perlu persipan secara memadai, terutama fisik. Letaknya yang di kaki gunung, melintasi 14 perhantian "Litani Yesus Kristus" menuju penyaliban di Bukit Golgota, menempuh jalan berliku dan mendaki. Jalannya sudha disemen, mengikuti kontur pegunungan, dan tampak tetap asri, sepadan dengan alam.

Sengatan matahari tak perlu dirisaukan, sebab rerimbun pohon akan menaungi Anda. Lagi pula, hawa pegunungan sangat dingin, adem. Kalau datang sore, sebaiknya membawa sweater.

Jarak tempuh dari terminal Kuningan sektiar 15 menit. Tapi ingat, mobil tidak dapat mendekat ke lokasi. Mobil diparkir jarak sektiar 1,5 sampai 2 km dari Gua. Jika tidak ada sepeda motor, anda berjalan menyusuri jalan setapak, sudah disemen, melewati arenal permukiman dan pekuburan.

Untuk orang tua, dapat dibatnu angkuta ojeg, hingga ke tepi jurang. Dari sana, tinggal kurang lebih 700 meter menuju gua. Untuk menuruni dan menaiki ribuan anak tangga, sebaiknya gunakan tongkat. Jika lupa membawa dari rumah, silakan membeli ptongan-potongan kayu yang disediakan warga setempat.

Tahun 1992, tepatnya bulan Mei, saya beserta rombongan dari Sunter, Jakarta Utara, sudah pernah ziarah ke Cigugur, ketika Gua Maria ini baru berusia dua tahun sejak diresmikan Kardinal Tomko 21 Juli 1990. Saat itu, dengan khusuk saya berdoa agar lolos masuk UMPTN.

Dan Syukur alhamdulillah, saya dapat mengenyam pendidikan di PTN, dengan biaya murah, dan lebih ringan lagi karena mendapat potongan uang kuliah selaku anak atau putra pejuang republik Indonesia, karena Yahya Amabrita, ayah saya adalah mantan anggota Tentara Keamanan Rakyat yang jasa-jasanya dihargai sebagai anggota Legiun Veteran RI.

Kedatangan keduakali, Juli 2008, seorang diri. Kesempatan itu saya memnajatkan doa kepada Tuhan melalui Perantaraan Bunda Maria dan Para Orang Kudus agar saya pribadi dan keluarga ditambahkan kesehatan, kebahagiaan, keselamatan, dan dilimpahkan rezeki.

Khusus buat putriku, Felisita Dorothy Ambarita yang saat itu berusia 14 bulan, agar dikuatkan fisiknya untuk segera berjalan dengan baik. Devosi untuk kakaknya, Elisabeth Uli Ovelya Ambarita kiranya Tuhan menumbuhkembangkan fisik, mental, budi pekerti, kasish sayang, dan pengetahuan. Dan juga kerukunan kelurga, saya dengan sitri, Lorentina Herawati, semoga terus terjamin, romantis dan bahagia.

***
Kembali ke masalah cengkeh. Setibanya di Terminal Bus Kuningan, rerimbun pohon cengkeh tampah di sana. Jumlahnya memang tidak sebera, tidak sampai berbentuk kebun luas, melainkan tumbuh satu dua di antara rumah-rumah penduduk.

Pohonnya tinggi-tingki, sekitar 7-10 meter. Subur dan rimbun. Juli itu musim panen cengkeh. Buahnya lebat. Di bawahnya, para tukang ojek ngetem atau mangkal menunggu penumpang. Tak jauh dari sana buah cengkeh yang telah dipetik, tampak dijemur di halaman rumah, terbentang dua tikar plastik alas butiran-butiran buah cengkeh.

Saya langsung terbayang, betapa menggiurkannya hasil bercocok tanam cengkeh. Betapa kayanya seseorang andai memiliki hamparan kebun cengkeh.Dua puluhan tahun silam, ingatakan saya seketika mengarah ke Ujung Mauli dan Sipolha di tepian Danau Toba. Tahun 80-an, warga daerah itu, dan umumnya pesisir Danau Toba hidup mewah dan kaya berkat hasil cengkeh.

Mereka dengan mudah menyekolahkan anak hingga ke bangku kuliah. Mereka pun tak perlu ngosngosan untuk mencar uang membangun rumah batu atau gedong. Bahkan derajatanya terangkat diikuti gaya hidup, dari buruh tani menjadi juragan cengkeh yang mengupah buruh sekadar memetik panenen cengkeh.

Terbetiklah suatu anekdot, yang hikmahnya dapat diambil untuk menghindari kecongkakan. Konon, ketika harga cengkeh tinggi dan tuaian buah cengkeh masih bagus, para juragan cengkeh tadi lupa diri, dan menjadi sombong.

Saking congkaknya, seorang juragan cengkeh menyamakan buruh yang sedang bergelantungan di dahan pepohonan untuk memanen cengkah dengan monyet. Seorang juragan cengkeh membeli sarapan buat buruh tani. "Bu, tolong bungkuskan nasi buat monyet yang sedang bekerja di ladang."

Begitulah kira-kira cuplikan dialog yang menampakkan kesombongan juragan cengkeh. Bagi kaum tua, dialog itu dikutip dan disebar luaskan sebagai sesauatu yang tabu. Apalagi tak lama setelah itu, tanaman cengkeh diserang penyakit misterisu yang sampai saat ini, tak dapat mengulangi kejayaan masa lalu. Kini warga melarat, karena tak ada yang dapat diharap tumbuh subur dari tanah gersang bebatuan, selain bawang merah, ubi rambat dan tanaman seadanya.


Doa, tabu atau azab karena menyamakan manusia dengan monyet, boleh saja berdasar dari tinjuan humanisme. Manusia kok disebut monyet. Congkak betul dia, karena punya duit lalu menamai si buruh miskin dengan binatang jelas-jelas tak punya akal-budi.

Monyet? Ya, monyet. Dari akal sehat dan dalih-dalih ekonomi, tentu saja ada lasan lain. Bukan semaka karena alasan kena karma. Tetapi dari tinjauan perdagangan, kerakusan Tommy Soeharto dan konco-konconya memonopoli pembelian Cengkeh dengan Badan Penyangga Perdagangan Cengkeh (BPPC) punya andil paling besar membuat pertanian cengkeh jatuh ke titik nadir terendah.

Dengan pengendalian yang berlebihan, petani tidak mendapat untung dari becocok tanam cengkeh. Al hasil, dari tahun ke tahun, kecenderungan lahan pertanian cengkeh menurun, yang selanjutnya berdampak pada menurunnya pula produksi cengkeh.

Lihatlah, tahun 2003, ribuan batang bibit tanaman cengkeh di beberapa lokasi pembibitan di Kecamatan Tambak dan Sumpiuh, Banyumas, Jawa Tengah dicabut oleh petani, sebagian dibuang begitu saja, dan sebagian lagi dibakar.

Tindakan bumi hangus ini merupakan ungkapan kekesalan sejumlah pembuat bibit cengkeh sebagai dampak jatuhnya harga cengkeh yang dua-tiga bulan lalu sempat melambung menjadi Rp 60.000 per kilogram, bahkan sempat mencapai Rp 90.000 per kg. Namun akhir-akhir ini harga cengkeh jatuh hingga pada harga Rp 14.000 per kg.

Dari pelajaran ini dapat dipetik pelajaran:
1. Mari menyeimbangkan kebutuhan rohani, spiritual dan jasmani
2. Mari menjaga keseimbangan lingkungan sekitar
3. Mari menjaga kesetaraan antarsesama manuasi sebagai ciptaan Allah, jangan merendahkan martabat orang lain dengan memandang status ekonomi sosial (SES)
4. Jangan silau dengan kekayaan-harta-hrta dunia, karena semua bersifat sementara saja
5. Selipkanlah cita-cita menjaga keseimbangan antara kemakmuran dan kebahagiaan. Pada satu waktu, kita memburu kemakmura dan bahagianya luar biasa, terasa sampai ke ubun-ubun. Katakanlah, satu keluarga sederhana tiba-tiba diberi berkat, kenaikan pangkat dan jabatan sang suami. Tak lama kemudian, mereka berkecukupan atau kaya-raya. Namun celaka, justru kekayaan itu menauhkan keluarga dari kebahagiaan. Suami berfoya-foya, dugem mulai kecanduan narkoba yang harganya tak terjangkau orang miskin.

Dalam contoh ini, kemakmuran bukan membawa nikmat atau bahagia lagi, tetapi sebaliknya mencelakakan. So, sisipkanlah cita-cita menggapai kebahagiaan di antarara permohonan- permohonan agar ditambahkan rezeki dan harta berlimpah. Semoga ktia semua meraih kemakmuran secara materi dan kebahagiaan dalam kejiwaan dan kehidpuan nyata. (Domuara Damians Ambarita)

[+/-] Selengkapnya...