Senin, 08 Oktober 2007

Tahan Diri

LILY WIDJAYA
Komisaris BEJ/
Direktur Utama PT Merrill Lynch Indonesia




NEWS ANALYSIS

PASAR modal Indonesia sedang penuh gairah. Semua harga saham
mempunyai tren naik, sehingga mengantarkan indeks harga saham gabungan (IHSG) ke
level tertinggi sepanjang sejarah, selama 30 tahun pasar modal Indonesia dibuka. Jumat (5/9), IHSG menorehkan rekor baru 2.500 lebih. Melihat lonjakan yang luar biasa tinggi dalam dua bulan itu, pelaku pasar sebaiknya mampu menahan diri. Sebab kemungkinan harga bisa berubah seaktu-waktu.

Dengan menahan diri, andai jika indeks saham mengalami koreksi pun, pelaku pasar tidak akan kaget. Pelu juga diingat, awal Agustus lalu, pasar modal dunia bergolak. Mata uang rupiah, dan kebanyakan mata uang di berbagai negara anjlok luar biasa disebabkan sentimen negatif bangkrutnya perusahaan properti, American Home Mortage Investment Corp yang listing di bursa Amerika Serikat, Wall Sreet dan berimbas anjloknya indeks Dow Jones.

Sejak itu, pasar modal global bergolak, dan memiliki efek domino pada pasar uang. Bukan hanya rupiah, indeks harga saham gabungan pun melorot sampai di bawah 2.000, dari sebelumnya berada di level 2.400.

Saat itu, indeks saham BEJ jatuh karena pelaku pasar kita bereaksi apa yang terjadi di pasar global (global market). Mau tidak mau ada dampaknya terasa, terutama setelah modal asing banyak keluar. Namun kemudian modal domestik tetap bertahan, sehingga pasar modal kembali bangkit dalam waktu singkat. Setelah ada tanda-tanda mengarah kepulihan, aktivitas perdagangan dan volume transaksi sangat tinggi.

Apalagi belakangan, Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve menurunkan suku bunga secara mengejutkan 50 basis poin, dari 5,25 persen menjadi 4,75 persen, banyak modal asing yang kembali ke Indonesia.

Kita tahu selama ini, action The Fed menurunkan suku bunga dolar selama ini sangat berpengaruh positif terhadap pasar modal. Seperti kasus subprime mortage, pada tanggal 16 September, harga saham di BEJ banyak yang jatuh. Namun dibantu hari libur hari Minggu, tanggal 17, saat The Fed menurunkan suku.

Begitu pasar modal di Indonesia buka di awal pekan, pelaku pasar sudah fresh. Andai tidak ditolong libur, mungkin indeks kita akan jatuh lebih parah. Ternyata action The Fed menurunkan suku bunga selalu berpengaruh positif terhadap pasar modal.

Investor asing kemudian banyak masuk membawa modal. Kalau dibandingkan, saya kira saat ini, posisi dana investor domestik dengan asing fifty:fifty di pasar modal. Dulu memang, mayoritas dikuasai asing, mencapai 70 persen dana yang berputar di pasar modal, tetapi sekarang sudah seimbang.

Beberapa emiten baru, pada perdangan Jumat meraup untung. Realitas di pasar, kalau trennya sedang up, memang emiten baru pun akan naik. Semua emiten akan naik. Sebaliknya, kalau kecenderungannya sedang jatuh, semua pasti jatuh, walaupun ada pengecualian. (Persda Network/amb)
Dimuat 6/09/07 pada Koran Sriwijaya Post, Tribun Pekanbaru, dan Tribun Kaltim

Tidak ada komentar: