Rabu, 23 Januari 2008

Warga Gunungsitoli Panik dan Berlarian ke Bukit

TAKUTTT...: Air adalah zat paling lunak, tetapi sekali waktu menjadi zat paling keras. Lihatlah bebatuan di pelampiasan pun berlubang-lubang. Air adalah zat dingin, tetapi kalau murka semua diluluhlantakkan, tengoklah banjir dan tsunami. Takuttttt...

* Diguncang Gempa Berkekuatan 6,2 SR

Jakarta, Persda
Gempa berkekuatan besar mengguncang Gunungsitoli, Kabupaten Nias, Sumatera Rabu (23/1/2008) dini hari, tepatnya pukul 00:14:56 WIB. Goncangan ini membuat panik masyarakat, mereka berlarian ke luar rumah, bahkan ada yang sempat mengungsi ke perbukitan Lasara.

Berdasarkan data Badan Meterologi dan Geofisika (BMG), gempa mengguncang Nias Lokasi gempa sektiar 24 km barat daya Gunungsitoli, Kabupaten Nias, Sumatera Utara pada 1,16 Lintang Utara - 97,42 Bujur Timur dengan kekuatan 6,2 Skala Richter pada kedalaman 10 Km di bawah permukaan laut.

"Waktu terjadi gempa, semua orang panik berlarian dan terbangun. Saya dan kerluarga juga berlari ke jalan. Mereka yang rumahnya yang dekat tepi laut kelihatannya paling takut, mereka mengungsi ke tempat yang lebih tinggi karena takut terjadi tsunami," ujar Rosmawati, warga Jalan Supomo, Gunungsitoli kawasan Pemkab Nias saat dihubungi dari Jakarta, Rabu (23/1).

Menurut Rosmawati, guncangan terjadi saat dia dan keluarga sedang tertidur pulas. Namun karena dikagetkan guncangan gempa, ia terbangun. Dan saat bersamaan terjadi kepanikan luar biasa, disertai jerit histeris ketakutan.

Kepanikan warga memang beralasan. Sebab pulau Nias rawan gempa. Gunungsitoli pernah dilanda gempa bumi dan tsunami dahyat, yakni 26 Desember 2004 dan 28 Maret 2005.

Situasi panik terjadi beberpa jam karena ada isu tsunami. "Warga rumah dekat tepi laut, bertahan hingga pukul 03.00. Bahkan ada yang sempat mengungsi ke pegunungan Lasara, sekitar dua kilometer dari pantai. Sedangkan warga yang tinggalnya jauh dari tepi pantai, sejam kemudian sudah kembali ke rumah masing-masing," kata Ros.

"Tadi malam terjadi kepanikan yang luar biasa. Goncangan memang cuma beberepa detik, tapi besar sekali. Masyarakat keluar rumah dan berhamburan ke jalan. Mereka bertahan di luar rumah sampai satu jam lebih karena khawatir terjadi tsunami," ujar Manajer Komunikasi dan Informasi Publik Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Perwakilan Nias, Emanuel Migo, dihubungi dari Jakarta, Rabu (23/1).

"Satu orang meninggal, dua orang luka parah dan dua orang luka ringan. Semua korban ini terjadi di satu titik yaitau asrama atau perumahan Kodim Nias akibat runtuhnya tembok pembatas dan kuda-kuda di dalam rumah koppel asrama. Tembok yang runtuh itu menimpa korban," kata Emanuel Migo.

Rumah koppel, kata Migo, satu bangunan terdiri atas dua pintu/rumah. "Rumah ini sebenarnya masih baru, dibangun tahun 2006 dari dana BRR yang dilaksanakan dan diawasi sendiri oleh Kodim Nias. Pembangunan asarama ini dilakukan bersamaan dengan pembangunan pembangunan kantor dan asrama TNI," ujar Migo.

Sejauh ini kata Migo, mantan Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), belum ada laporan kerusakan menimpa bangunan yang proyeknya ditangani BRR dan organisasi non-pemerintah. (Persda Network/domuara ambarita)


Tidak ada komentar: