Minggu, 20 Juli 2008

Pencipta Lagu "Bunga Nabontar" Tutup Usia
Sabtu, 19 Juli 2008 | 14:11 WIB

http://www.kompas.com/read/xml/2008/07/19/14115154/pencipta.lagu.bunga.nabontar.tutup.usia

RATUSAN karangan bunga dukacita berjejer di Jalan Siaga Raya, Pejaten, Pasar Minggu, Jumat (18/7). Deretan bunga itu menambah suasana duka di kediaman Godman Ambarita, pencipta lagu Bunga Nabontar, satu nyanyian cinta yang melegenda dari daerah Batak Toba, Sumatera Utara.

"Lagu-lagu daerah Tapanuli sudah banyak yang diciptakan almarhum, di antaranya berjudul Bunga Nabontar, Uju Mangolu, dan Anggar Pareman," kata Sarido Ambarita, adik bungsu Godman Ambarita, kepada Persda Network di rumah duka, Jumat (18/7) malam.

Godman meninggal dalam usia 63 tahun akibat serangan jantung, Rabu (16/7) pukul 03.00, dan akan dikebumikan di TPU Pondok Ranggon Sabtu ini. "Bapak sudah tiga kali mengalami serangan jantung. Ini serangan keempat kali yang menyebabkan bapak meninggal," kata Reinhard Ambarita, anak bungsu almarhum.

Sarido, yang baru tiba beberapa menit dari tempat kelahiran almarhum di Parapat, Danau Toba, Sumatera Utara, mengungkapkan, lagu Bunga Nabontar (bunga warna putih) diciptakan Godman ketika masih muda.

"Memang sejak masih sekolah di bangku SMA di Siantar, Abang Godman sudah mengarang lagu. Bunga Nabontar misalnya, sudah lama populer sebelum dipopulerkan kembali oleh Trio Maduma awal tahun 1990-an," kata Sarido.

Kemudian setamat SMA, Godman merantau ke Jakarta. Di Ibu Kota, ayah empat anak ini kemudian berkarier di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dengan jabatan struktural sebagai Kepala PDAM Jakarta Utara. Saat tutup usia, Godman masih menjabat Direktur Eksekutif DPP Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia (Perpamsi).

Jiwa seni mengalir di dalam darah Godman dan keluarga. Pentolan grup musik Trio Amsisi, Iran Ambarita, adalah adik kandung almarhum. Mereka berdua bahkan aktif membentuk band Exalom (Eks Anak Lombok) tahun 2006 dengan lagu andalan Tiri-tiro.

Godman dalam situs exalom.com menuliskan pengalaman-penalamannya sejak kecil, termasuk kisah mencipta lagu-lagu Tapanuli.

Pertengahan tahun 1964, tutur Godman, dia diajak teman satu sekolah bernama Balson Sinaga ke kampungnya di Saribu Jawa, Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Letaknya di pedalaman dan harus jalan kaki sejauh 10 km. Tidak ada kendaraan yang menyentuh daerah pertanian yang sangat subur itu.

"Pada malam hari saya diajak martandang tentu saja dengan petikan gitar sembari bernyanyi menyusuri tegalan sawah di tengah kegelapan. Tiba di sebuah rumah tempat martandang saya berkenalan dengan seorang pemuda desa," tutur ayah empat anak ini. Dalam kegelapan malam, mereka sempat bernyanyi beberapa lagu sambil melirik gadis-gadis desa yang ada di rumah itu. Seusai bernyanyi, pemuda itu bercerita tentang nasib malang yang menimpanya, yakni pacarnya memutuskan hubungan mereka, ia menikah dengan pemuda lain.

"Ceritanya sederhana tapi raut wajahnya sangat sedih. Hati saya terharu mendengar ceritanya dan terlintas di benak saya atas senandung kesedihan yang menimpanya. Saya berjanji dalam hati akan menuangkan dalam sebuah lagu sebagai kenangan untuknya. Dalam tempo satu minggu saya menciptakan lagu Bunga Nabontar," tulis Godman.

Ia menambahkan, "Sengaja saya memperkenalkan kembang berwarna putih tanda ikhlas melepas sang kekasih dan sikap si pemuda yang tidak mau datang ke pesta pacarnya, menjadi salah satu bait pemanis lagu itu. Sangat saya sadari bahwa masa itu perkawinan Batak belum mengenal pemberian kembang kepada pengantin, apalagi di pedesaan. Tapi agar menarik perhatian pendengar saya coba merekayasa dalam untaian kata-kata, seperti yang tertuang dalam lagu Bunga Nabontar."

"Bunga Nabontar sering dinyanyikan oleh John Liat Samosir (JLS) bersama Godman jika ada acara martandang atau di lapo tuak di luar grup Rospita Berteman. Kemudian bersama John Liat Samosir dan Jules Ambarita, kami pertama sekali tampil bernyanyi di RRI Sibolga (live) tahun 1965.

Kami bertiga menyanyikan beberapa lagu, antara lain Uju Mangolu, Bunga na Bontar, dan O Ale Rospita. Selama berada di kota Sibolga, kami sempat berkeliling dari mulai Sibolga Julu, Simare-mare, bernyanyi di gereja Sambas dan melancong ke Sarudik yang terkenal dengan tempat rekreasi. Sewaktu berada di kota Sibolga, keindahan teluk Sibolga dan keramahan penduduknya mendorong saya menciptakan lagu Tapian Nauli. (Persda Network/Domu Damians Ambarita)

Tidak ada komentar: