Medco Garap BBM Masa Depan
Bangun Pabrik Pengilangan Ethanol
JAKARTA, TRIBUN - Sukses di bisnis eksplorasi minyak dan gas bumi (migas) membuat perusahaan minyak milik pengusaha Arifin Panigoro, PT MedcoEnergi Internasional Tbk, mulai merambah ke bisnis ethanol. Medco memproyeksikan mampu memproduksi ethanol hingga 60 juta kiloliter per tahun untuk memasok pasar domestik dan internasional.
Direktur MedcoEnergi Hilmi Panigoro dalam acara paparan publik di Jakarta, Jumat (17/11) mengatakan, November ini pihaknya mulai membangun pabrik pengilangan dan blending ethanol di Kotabumi, Provinsi Lampung dengan kapasitas produksi 180.000 liter ethanol per hari atau setara dengan 60 juta liter ethanol per tahun.
Pabrik ini akan menggunakan bahan baku utama ethanol dari bubur singkong dengan kapasitas produksi 396.000 ton singkong per tahun yang diproses menjadi bubur ubi kayu sebanyak 236.000 ton. Diharapkan, mulai tahun depan pabrik ini sudah beroperasi secara komersial.
'Saat ini, kami sudah mulai lakukan pembangunan konstruksinya. Insya Allah jika tidak ada halangan, awal 2007 sudah bisa mulai berproduksi,' ungkap Hilmi Panigoro.
Ia menambahkan, untuk mendukung suplai bahan baku, Medco menjalin kerjasama dengan ribuan petani di sekitar Lampung sebagai petani plasma. Pada tahap awal, total luasan kebun singkong Medco akan mencapai 13.000 hektar dan diharapkan terus meningkat di masa datang.
Mengikuti tren yang sekarang terjadi di Eropa, Amerika dan Amerika Latin di mana banyak negara mulai mengalihkan ketergantungan kepada minyak bumi ke bahan bakar minyak nabati, Hilmi yakin bisnis ethanol di Indonesia memiliki prospek sangat cerah. Terlebih, di Indonesia saat ini baru sedikit perusahaan yang serius menerjuni bisnis bahan bakar alternatif ini.
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksikan, produksi ethanol Indonesia tahun 2007 nanti akan mencapai 1,75 juta kiloliter.
Tahun ini produksi ethanol berkisar 1,71 juta kiloliter. Seiring dengan bertambahnya jumlah produsen ethanol, ke depan produksi ethanol diproyeksikan terus meningkat. Komposisi ethanol yang dipasarkan Pertamina melalui uji coba di beberapa SPBU di Malang, Jawa Timur, baru mencapai 10 persen yang dicampurkan dengan 90 persen premium. (JBP/fin)
Andalkan Singkong, Jagung dan Tebu
ETHANOL merupakan alkohol cair dengan bilangan oktana yang tinggi, dan mampu menggantikan bensin. Ethanol diproduksi dari sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable recources).
Pengembangan etahnol di Amerika Serikat menggunakan bahan baku jagung, dan di Brazil memanfaatkan tebu.
Menurut studi yang ada, ethanol lebih menguntungkan terhadap lingkungan yang bersih dibandingkan dengan bensin premium. Bahan bakar ethanol mengurangi carbon monoksida (Co), hidrokarbon serta emisi beracun lainnya. Tapi bisa terjadi kemungkinan ethanol ini menghasilkan emisi aceta ldehyde sebagai polutan beracun.
Pada umumnya harga ethanol lebih mahal dibandingkan dengan harga bensin. Ethanol sementara ini belum dikembangkan di Indonesia. Brasil merupan negara yang paling maju di bidang kendaraan bermotor dengan bahan bakar ethanol.
Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementerian Negara Riset dan Teknologi telah menargetkan pembuatan minimal satu pabrik biodiesel dan gasohol (campuran gasolin dan alkohol) pada tahun 2006. Selain itu, ditargetkan juga penggunaan bioenergy tersebut akan mencapai 30 persen.
Ethanol bisa digunakan dalam bentuk murni ataupun sebagai campuran untuk bahan bakar gasolin (bensin) maupun hidrogen. Interaksi ethanol dengan hidrogen bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi fuel cell ataupun dalam mesin pembakaran dalam (internal combustion engine) konvensional.
Ethanol yang secara teoritik memiliki angka oktan di atas standard maksimal bensin, cocok diterapkan sebagai substitusi sebagian ataupun keseluruhan pada mesin bensin. Sebagai negara yang kaya bahan baku pembuatan ethanol, yaitu singkong dan jagung, Indonesia berpontensi mengembangkan industri ethanol.(*/amb)
* Tribun Jabar, 17/11/2006
Senin, 17 September 2007
Posted by domu.damianus.ambarita.blog at 9/17/2007 11:36:00 AM
Labels: Ekonomi dan Finansial
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar