Dua Tokoh Dayak Diminta
Dinginkan Kereng Pangi
* Pangdam: Tangkap Tersangka Pemicunya
Palangka Raya, BPost
Keadaan di Dusun Kereng Pangi, Katingan Hilir, Kab Kotim, Kalteng pasca amuk massa Sabtu dan Minggu, berangsur-angsur pulih, Senin (18/12). Namun situasi di kawasan itu masih tetap mencekam. Penduduk asli tetap melakukan pencarian terhadap warga pendatang dari etnis tertentu --yang menurut mereka menjadi penyebab terjadinya tragedi Kereng Pangi.
Ratusan personil anggota Brimob baik yang dikirim dari Mabes Polri juga Polda Kalteng maupun Polres Kotim dibantu 1 SSK dari Korem 102/PP, hingga kemarin masih berjaga-jaga di kawasan tersebut --yang pada Sabtu lalu luluh lantak diamuk oleh kelompok masyarakat asli.
Seperti diberitakan, kerusuhan di Kereng Pangi, sekitar 100 km dari Palangka Raya pecah pada Sabtu dinihari. Penduduk asli menyerang perumahan warga pendatang di Kereng Pangi dan Pundu, menyusul tewasnya salah seorang pemuda warga penduduk asli.
Sementara itu Pangdam VI/Tanjungpura Mayjen Djoko Besariman meminta aparat kepolisian segera menangkap para pelaku pembunuhan yang menjadi penyebab pecahnya kerusuhan antaretnis di Kereng Pangi.
"Mereka itu pemicu meledaknya pertikaian. Saya berharap aparat kepolisian segera menangkap pelaku pembunuhan yang menjadi pemicunya," ujar Djoko Besariman, usai pengarahan terhadap anggota dan staf TNI Kodim 1008/Tanjung di Makodim setempat, Senin (18/12) menjelang sore.
Sebab, imbuh Pangdam dalam kunjungan safari ramadhannya melalui jalan darat, sudah diketahui secara pasti pemicu kerusuhan berbau etnis itu, yakni adanya pembunuhan oleh sekelompok orang. Karena itu, pangdam meminta aparat kepolisian berupaya menangkap pemicu. Dengan demikian, pangkal permasalahan semakin jelas dan masyarakat bisa tenang. Akan tetapi, tukasnya, usaha ini perlu bantuan masyarakat.
"Dengan bantuan masyarakat diharapkan pelakunya dapat tertangkap," pintanya.
Di sisi lain, Pangdam berharap emosi masyarakat tidak berkembang guna menghindari rembetan dan meluasnya konflik yang telah menelan korban jiwa dan pembumihangusan harta benda itu.
Ia berharap, sekalipun ada kerusuhan di Kereng Pangi Kasongan
meledak, masyarakat tetap tenang. Jangan terpengaruh oleh situasi kerusuhan. Dengan demikian usaha bersama pemda dan aparat kepolisian menciptakan keamanan dalam bulan puasa dapat berhasil dan keamanan menjelang hari raya-hari raya tetap terkendali.
Menjawab BPost, jenderal berbintang dua ini menegaskan telah memerintahkan Danrem 102/Panjung di Palangka Raya untuk membantu kepolisian mengatasi situasi.
Disinggung soal kemungkinan keterlibatan orang-orang tertentu yang sengaja ikut "bermain", menurut Pangdam, tidak ada. Khusus mengenai aksi provokasi yang mungkin dilakukan orang-orang terutama tertuduh cukong pencurian kayu seperti ditengara Kejaksaan Agung RI, dia memastikan tidak ada. "Tidak ada. Tidak ada kaitannya. Ini murni kriminalitas," ujarnya.
Menurut Kadit IPP Polda Kalteng Sr Sup S Matondang tiga tersangka warga pendatang yang diduga menjadi penyebab pertikaian, diduga telah melarikan diri ke hutan sekitar Kerengt Pangi.
"Usaha pencarian terhadap tiga tersangka terus dilakukan.
Setidaknya jika mereka ditangkap akan meredakan emosi warga yang rekannya tewas dibunuh," ujar Matondang.
Sementara untuk mendinginkan emosi warga penduduk asli, Polda Kalteng telah meminta bantuan dua orang tokoh Dayak yaitu Sipet Massal dan Kornelius. Kedua tokoh Dayak itu diminta bantuannya guna mengendalikan warganya agar tidak lagi melakukan tindakan anarkis.
Diminta bantuannya dua tokoh Dayak, Kornelius dan Sipel Massa itu, menurut Wakapolda Kalteng, Sr Supt Moh Djatmiko, Senin, untuk ikut menenangkan kelompok warga yang melakukan aksi pengurusakan dan pembakaran harta benda milik warga tertentu.
"Kita akan terus melakukan pendekatan terhadap warga terutama penduduk Kereng Pangi yang melakukan aksi kekerasan," ucapnya.
Kedua tokoh dari kalangan suku Dayak Kalteng itu saat ini terus membaur dengan warga masyarakat Kereng Pangi didampingi aparat keamanan dari Brimob Polda Kalteng dan dari Korem 102/Panju Panjung.
Salah satu tokoh Dayak, Kornelius yang juga Kepala Dusun Ampalit Kereng Pangi kepada BPost mengatakan peristiwa amuk massa masyarakat asli terhadap warga pendatang dipicu dari lokasi WTS Km 19.
"Perkaranya bermula dari kegiatan main judi - gara-gara uang Rp10.000. Tapi karena kemungkinan judi sambil mabuk maka mudah tersinggung lalu terjadilah perkelahian yang menyebabkan tewasnya Sendong, warga asli oleh tiga warga pendatang," kata Kornelius.
Waktu dia datang ke sana sekitar pukul 02:00 Wib, ada sekitar 50-an warga Dayak dilengkapi segala tombak, mandau dan sebagainya. "Melihat kondisi demikian, lantas saya kasih pengarahan. Saya bilang tolong jangan main hakim sendiri karena kita ini negara hukum, ada hukum yang ngatur kita," tutur Cornelius.
Waktu itu, sebut Kornelius, warga menurut saja. Tapi, karena "saya mau pulang makan sahur di Kereng Pangi, sekitar pukul 04:30 WIB warga yang berada di lokasi WTS itu menyerang ke Kereng Pangi." Karena sudah tidak ada yang mengendalikan mereka lagi, sebut Kornelius, warga Dayak yang sudah emosi membakari rumah dan barang-barang milik warga pendatang karena para pemiliknya sudah melarikan diri.
Situasi di Kereng Pangi sendiri hingga sore kemarin tampak lengang, meski di beberapa tempat terjadi konsentrasi massa yang lengkap dengan senjata tajam mandau maupun tombak, terhunus. Mereka masih tetap melakukan pencegatan di ruas jalan Tjilik Riwut guna mencari-cari warga pendatang dari etnis tertentu.
Aksi itu tak urung membuat aparat keamanan turun tangan. Petugas berusaha menghentikan aksi penghadangan yang dilakukan warga masyarakat secara berkelompok pada sudut-sudut jalan di Kereng Pangi dan sekitarnya.
Tertumpuknya konsentrasi warga disetiap pos ini, menyebabkan arus lalu lintas menjadi terganggu, akibat razia yang dilakukan terhadap mobil yang lewat. Keadaan ini menyebabkan Kereng Pangi yang biasanya tak pernah sepi selama 24 jam, sejak kemarin bak kota mati dan kian mencekam.
Banyak warga enggan membuka toko dan usahanya, karena takut terjadi sesuatu. Selain petugas yang aktif menjaga keamanan, berseliweran pula penduduk setempat dengan ikat kepala warna merah dalam beberapa kelompok sambil menenteng tombak dan mandau, serta pita merah melilit kepala.
Wakapolda Kalteng, Sr Supt Muh Djatmiko menyatakan pihaknya akan terus melakukan pengejaran terhadap tiga tersangka pelaku pengeroyokan yang menyebabkan tewasnya Sendong, di kompleks WTS km 19 Kereng Pangi. Ketiga tersangka yang telah masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) tersebut yaitu Sur, Juk dan Mus yang saat melakukan pengeroyokan menggunakan senjata jenis clurit.
"Mudah-mudahan ketiga orang pelaku yang masih dalam mengejaran itu bisa segera kita ringkus," kata Moh Djatmiko.
Dalam kesempatan terpisah Ketua DPRD Kalteng, H SA Fawzy Zain Bachsin, mengajak semua pihak dan seluruh lapisan masyarakat agar dapat menyikapi situasi tersebut secara bijaksana.
"Sebaiknya untuk menyelesaikan permasalah seperti ini diserahkan kepada aparat keamanan, karena persoalan awal dan penyulutnya justru dari kriminal murni," ucapnya.
Untuk itu warga masyarakat Kalteng diingatkan jangan sekali-kali terprovokasi oleh kejadian serta berbagai isu yang beredar dalam masyarakat dan kalau menemukan hal-hal yang mencurigakan untuk dapat segera melaporkan kepada pihak berwenang.
Sementara salah seorang pemerhati sosial di Palangka Raya, Onen K Usop berpendapat amuk massa dan aksi kekerasan yang dilakukan kelompok warga masyarakat sebagai sesuatu yang luar biasa dan jauh menyimpang dari karaktek dan adat kebiasaan orang Dayak.
"Kekerasan yang kini dilakukan orang Dayak sungguh diluar kebiasaan dan kemungkinan besar mereka hanya mencontoh sikap arogansi dari kelompok masyarakat etnis tertentu yang sama-sama tinggal di daerah ini," kata putra kelahiran Kalteng yang juga dosen pada Universitas Negeri Palangka Raya (Unpar). (dla/bad/tur/ant)
* Banjarmasin Post (19/12/2000)
Sabtu, 15 September 2007
Posted by domu.damianus.ambarita.blog at 9/15/2007 10:20:00 PM
Labels: Sampit Mangayau
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar