Senin, 17 September 2007


Bambang Trihatmojo Berburu Singa Hingga ke Benua Afrika (1)
Kursus Menembak pada Pak Harto

HOBI. Bagi banyak orang hobi atau kegemaran tidak terperi harganya. Betapa dalam pun kocek dirogoh, dan ke belahan bumi mana saja tidak peduli asalkan hobi tersalurkan. Yang penting puas.

Bambang Trihatmojo, bulan depan genap berusia 54 tahun, satu di antara orang yang memiliki prinsip seperti di atas. Putra ketiga mantan presiden Soeharto ini gemar menembak. Meletuskan mesiu, mendesingkan peluru dan mendengar dar der dor suara senapan adalah kesukaannya.

"Sejak kecil saya suka menembak. Waktu masih kelas lima SD, saya mulai diajak bapak (Soeharto, Red) ikut berburu. Saat itu bapak sering berburu belibis di Serang dan Ancol. Dulu Ancol itu masih rawarawa," ujar Bambang ketika diwawancara khusus Sripo di arena kejuaraan menembak, Jakarta Challenge 2007 putaran kedua di lapangan tembak, Senayan, Jalan Gelora, Jakarta Pusat, Sabtu (26/5) siang.

Soeharto sering mengajak anak-anak laki-lakinya ikut berburu. Bambang kecil dibawa serta bersama putra sulung Soeharto dengan Siti Hartinah (Ibu Tien), Sigit Hardjoyudanto, dan si bungsu Hutomo Mandala Putra (Tommy).


Menurutnya, ini merupakan suatu kehormatan bagi Tien), Sigit Harjoyudanto, dan si bungsu Hutomo Mandala Putra (Tommy). "Rupanya, cuma ke saya hobi menembak bapak turun. Saya kursus menembak, gurunya ya bapak," ucapnya dengan suara pelan bahkan sering hilang ditelan suara dentuman bedil.

Sabtu kemarin, 10 klub mengikuti Jakarta Challenge 2007 putaran kedua di lapangan tembak, Senayan. Di antaranya Bimantara Shooting Club, yang dirintis Bambang Tri. Bambang mengenakan celana jins pendek, kaus kerah perpaduan warna merah dan putih bertuliskan Indonesia dengan logo IPSC (The International Practical Shooting Confederation), induk organiasi Persatuan Menembak Sasaran dan Berburu Seluruh Indonesia (Perbakin). Sepatu kets hitam juga bermerek IPSC.

Bambang menyediakan waktu diwawancarai di bawah pohon kersen yang lindung di arena, tepat bersebelahan dengan gerbang selatan gedung DPR di tengah dentuman ledakan mesiu dari pistol-pistol.

Kegemaran menembak tumbuh berbarengan dengan usia. Tembak Burung Liar Beranjak remaja, ia kian sering ikut berburu bersama sang presiden. Jika masih anak-anak ia sering mengenggam revolver kaliber 22, setelah remaja, Bambang mulai menggunakan shoot gun. Maka burung-burung liar seperti belibis menjadi incarannya. Bukan burung yang tertidur lelap, atau hinggap dahan, tapi bergerak.

Ya, Pak Harto melatihnya agar jitu menembak belibis terbang. Hari berganti hari, dan tahun demi tahun berlalu, Bambang pun dewasa. Selain menembak, ia mulai tertarik mengayunkan stik dan memukul bola kecil.

Kesukaannya bertambah, main golf. "Tapi mungkin karena sejak kecil suka menembak, saya akhirnya tinggalkan golf. Lebih mudah menyesuaikan diri dengan menembak," kata suami dari Siti Halimah, dan belakangan menikahi juga Mayang Sari, penyanyi pop Indonesia.

Terampil dalam menembak, mengatarnya beberapa kali meraih juara pertama dan kedua dalam kejuaraan nasional. Bambang tidak puas dan berhenti kendati pun merebut gelar dalam perlombaan. Ia terus melanglang buana, berburu binatang-binatang liar dan buas di hutan rimba. Ia berdalih. "Berburu out door lebih sulit. Ada tantangannya, ada kepuasan tersendiri. Apalagi kalau tepat mengenai sasaran yang disebut bulls eyes, puas rasanya."

Demi memuaskan batin itulah, Bambang bersedia mengeluarkan banyak dana berkelana ke berbagai benua di Asia, Afrika, hingga Amerika. Dari hutan rimba hingga kutub nan bersalju. Bambang mengaku pernah berburu ke Aljazair, Afrika Selatan, Zimbabwe, Tanjania, Selandia Baru, dan Kanada.

Menembak binatang liar tak berbahaya, sampai menundukkan hewan buas. Kambing gunung (Camus), badak, gajah, beruang, macan tutul hingga singa yang dikenal raja hutan Afrika. (JBP/domuara ambarita) Sriwijaya Post, 28/05/2007


Tidak ada komentar: