ISWARI Nur Hidayati tampak tegar ditinggal pergi untuk selamanya oleh suami, Rino Cahyadi Srijaya Giyanto (24). Rino adalah asisten dosen pada Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM),meninggal Minggu (4/11), saat speedboad yang mereka tumpangi beserta rombongan terbalik di Pattaya, Thailand. Berikut petikan wawancara via telepon wartawan Persda Network, Domuara Ambarita dari Jakarta dengan Iswari Nur Hidayati di Yogyakarta.
Rino Cahyadi suami Anda dikabrkan kecelakaan di Thailand. Apakah ada kabar terbatu dari sana?
Ya betul, mas Rino memang sudah berpulang. Saya menerima kabar, suami saya meninggal dan sekarang jenazahnya berada di KBRI Bangkok. Insya Allah, besok datang dengan penerbangan lebih awal dari bangkok. Besok pagi tiba sekitar pukul 08.00 sampai 09.30.
Lazimnya, orang memiliki perasaan waswas, mimpi, atau kejadian macam-macam sebagai firasat kalau ada orang-orang tercinta yang akan meninggal. Apakah Anda punya firasat buruk?
Nggak ada sama sekali. Dia itu orangnya memang tenang, jadi perginya juga tenang. Maksudnya tidak ada firasat apapun. Semuanya, bapak ibu juga nggak ada firasat apa-apa, bapak ibu mertua juga nggak ada, anak saya juga tidak ada, semua baik-baik.
Firasat melalui mimpi pun tidak ada sama sekali?
Mimpi apa pun nggak ada. Bahkan siang itu, sekitar jam satu, dia masih SMS. Isinya bisa saja, menayakan apakah saya sudah makan siang. Afri sudah bobo apa belum. (Afri panggilan untuk anak tunggal Rino dan Iswari, nama lengkapnya Asfarizal berusia empat bulan, Red)
Sudah berapa lama kenal dengan almarhum?
Kami kuliah satu angkatan, angkatan 2001, di Fakultas Geografi UGM, tapi beda jurusan. mas Rino Jurusan Geografi Fisik dan Lingkungan, sedangkan saya jurusan Kartografi dan Penginderaan Jauh. Wisudanya juga bareng tahun 2005. Saat ini pun kami sama-sama mengambil S2 juga di UGM. Walau satu angkatan, kami kenalan setelah saya mengerjakan tugas akhir. Saya baru satu-setengah tahun kenal mas Rino, dan kami menikah 18 Agustus 2006.
Boleh diceritakan latar belakang suami Anda?
Suami saya aktif kegiatan masjid kampus. Dia sering mengaji. Mungkin dia pernah di KAMMI, tapi saya tidak tahu banyak. Apalagi setelah kami menikah, dia langsung konsen dalam riset, kemudian berangkat ke Belanda, dan baru pulang 26 Juni, dan besoknya saya melahirkan. Setelah tiu, sibuk dengan tesisnya program magister di Jurusan Geoinformasi dan Manajemen Bencana UGM yang direncanakan akan sidang bulang depan. Tapi keburu mas Rino berpulang, ujian tesisnya tidak jadi.
Keberangkatan ke Thailand dalam rangka apa?
Dia berangkat ke Thailand mewakili Fakultas, menghadiri seminar soal bencana tunasmi. Selain itu, dia ke sana sekalian mau bertemu dengan seorang profesor dari Nagoya University, Jepang selaku promotor untuk program doktor soal tsunami ke Jepang. Saat itu mereka naik speedboad mau kuliah lapangan, dan terjadi musibah.
Kalau begitu, rencana melanjutkan pendidikan sangat kuat. Apakah mendapatkan beasiswa dari UGM?
Alhamdulillah, saya mendapat Beasiswa Program Pascasarjana (BPPS) Ditjen Dikti Depdiknas. mas Rino juga, baru bulan kemarin mendapat surat pemberitahuan beasiswa untuk tahun anggaran 2007-2008 dari BPPS juga disetujui. Tapi, apa boleh buat, magister belu dapat, mas Rino duluan berpulang.
Setelah suami ada berpulang. Apakah ada kesan-kesan atau perasaan kehilangan?
Ya, apa ya. Yang jelas sedih. Orangnya sangat sabar, sangat pengertian. Pokoknya orangnya baik banget. Alhadulillah, saya mendapat suami yang baik bangat, walaupun kabi bersama belum ada satu setengah tahun
Apakah Anda pernah berdiskusi dengan almarhum tentang rencana masa depan?
Wah, banyak sekali. Misalnya, dia berencana mau ambil program S3 di Jepang, dan nanti rencanya mau ngajak anak istri ke sana. Pokoknya rencananya banyak sekali. Ke Thailand juga dalam rangka itu, selain mengikuti seminar, juga bertemu dengan seorang profesor dari Nagoya University selaku promotor untuk doktor. Promotornya itu lah yang punya acara di Thailand.
Tentang rencana masa depan Anak kalian, Afri?
Banyak sekali. Tapi saya tidak bisa beberkan, biarlah itu untuk saya sendiri, setelah ditinggal mas Rino. Saya tahu, maksud suami saya mungkin supaya anak saya seperti apa, tapi karena itu amanah yang sangat berat yang harus saya pikul sendiri, biarlah saya simpan sendiri.
Setelah suami tidak ada, apa dan bagaimana rencana Anda menghadapi hari-hari ke depan?
Insya Allah saya akan melanjutkan S2 jurusan yang sama dengan S1 saya sampai selesai. Kemudian saya akan mencari pekerjaan.
Tampaknya Anda, sangat tabah menghadapi cobaan ini. Kalau istri-istri yang lain mendapat kabar seperti ini sudah pingsan, atau bersedih luar biasa. Bagaimana caranya, kok anda tegar?
Apa ya? ya, dikhlaskan saja. Itu semua kan sudah kehendakNya. Suami saya sering berpesan, kalau terjadi apa-apa, mohon diikhlaskan. Jadi say aikhlas. Kalau saya tidak ikhlas berati saya memberatkan suami saya. Semoga dia mendapat tempat yang lapang di sisi Allah. Kalau saya ikhlas, dia juga jalannya tidak tersendat-sendat, karen adia jalannya juga masih panjang.
Kapan ngomong mohon diiklaskan? Tidakkah itu suatu firasat?
Dia bilang begitu bukan baru-baru ini. Dia selalu ngomong begitu kalau mau pergi ke kampus, atau mau ikut seminar, selalu bilang begitu. Doakan ayah ya, kalau misalnya terjadi apa-apa mohon dikhlaskan. Mungkin maksudnya, supaya dia enak entah ke mana pun, jadi tidak ada beban.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar