Jumat, 23 Mei 2008

Sultan HB X Menyemai Bibit Malu Korupsi

SALATIGA, KAMIS - Nilai-nilai kearifan lokal atau local wisdom dalam suku Jawa yang ditanamkan nenek moyang sejak lama dapat menjadi benteng dari keinginan memperkaya diri dengan cara korupsi.

Sayangnya, nilai-nilai moral itu telah luntur dimakan zaman, atau dianggap tidak relevan lagi karena deraan ekonomi yang semakin membebani rakyat sehingga melakukan hal yang tidak seharusnya dianggap wajar dan bahkan jadi panutan.

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X mengatakan, sejak lama falsafah merasa malu jika moralitasnya tercela telah tumbuh subur di kalangan masyarakat Jawa. "Ada pepatah Jawa yang menyebut, "Kelangan nyawa ora apa-apa, kelangan bandha yo separoh apa-apa , kelangan harga diri artine kelangan sakabehe."


PERSDA NETWORK/BIAN HARNANSA
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan
Hamengku Buwono X, ketika berkunjung ke kantor Persda
Kompas Gramedia, Jakarta, Senin (28/4).
Sultan datang untuk berdiskusi bersama jajaran
redaksi membahas persoalan kebudayaan
dan kebangsaan, yang dipimpin Direktur Kelompok Herman Darmo.


Kehilangan jiwa tidak apa-apa, kehilangan harta berati hilang separuh hidup, tetapi hilang harga diri berarti hilanglah segala-galanya, " urai Raja Jawa itu dalam Sarasehan Kebangsaan Rekonsiliasi Sejarah kedua yang digelar di Kota Salatiga, Jawa Tengah, Rabu (21/5).

Sarasehan ini dilaksanakan aliansi wartawan lintas media, Ekayastra Ummada Semangat Satu Bangsa. Putut Prabantoro, ketua panitia, mengatakan, sedianya akan hadir empat raja Jawa, yakni Sultan HB X, Susuhunan Paku Buwono XIII, KPAA Paku Alam IX, dan KPAA Mangkunegara IX. Namun, hanya Sultan yang hadir dalam pertemuan itu. Walau menyampaikan langsung pandangannya, Susuhunan Paku Buwono XIII mengirimkan makalah berjudul Membangun Kejayaan Bangsa Berbasis Kearifan Lokal.

Sultan melanjutkan, orangtua dahulu selalu menanamkan budi pekeri dan akhlak kepada anak-anaknya. Mereka diminta menomorsatukan moralitas di atas segala-galanya. Sebab, dengan moral yang terjaga baik berbagai keinginan dan nafsu dapat diatasi sehingga tidak terjerembab pada perbuatan jahat.

Dengan menjaga moralitas, mestinya orang yang memiliki integritas akan dihargai dan dihormati. Tetapi apa yang terjadi sekarang, seseorang dihargai atau dianggap orang hebat di antara tetangganya jika orang itu kaya. "Di masyarakat sekarang, seseorang dilihat dari kekayaannya. Walau seseorang mengumpul harta kekayaannya dari korupsi dia tetap dihargai dan disegani karena kaya. Padahal, dari konsepsi moralitas
dia telah kehilangan harga diri, berarti kehilangan segala-galanya," ujar Sultan yang mengatakan sejauh ini dia belum memutuskan sebagai calon kandidat presiden pada Pilpres 2009.

Mengingat praktik korupsi sudah merasuki masyarakat Jawa dan Indonesia umumnya, Sultan mengimbau agar kerifan lokal itu dihidupkan kembali dan dimulai dari diri sendiri dengan menyemai rasa malu jika menyimpang dari kaidah-kaidah moral. "Dengan konsepsi moralitas tadi, mestinya kita malu korupsi. Rasa malu korupsi ini yang harus kita tanamkan," pesan Sultan.

Sultan juga menyoroti kerapnya kekerasan yang terjadi mengatasnamakan aliran atau agama terhadap penganut aliran atau agama lain. Dia memaknai kehidupan pada dua relasi, yakni Ketuhanan dan Kemanusiaan. Ketuhanan hubungan vertikal manusia dengan Allah, yang transendental, sedangkan relasi manusia dengan manusia lainnya horizontal.

"Dengan konsepsi itu, seharusnya tidak ada satu pihak yang memaksakan kehendaknya kepada orang lain dengan menatasnamakan kitab suci," tutur Sultan.

Konflik Tidak Tuntas

Sarasehan Kebangsaan Rekonsiliasi Sejarah II ini membahas tentang Tata Baru untuk Rakyat, memaknai Perjanjian Giyanti pada 1755 yang membagi Kerajaan Mataram menjadi Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta dan kemudian diikuti dengan munculnya Pura Mangkunegaran dan Kadipaten Pakualaman.

Selain Sultan, sejumlah wartawan senior tampil sebagai pembicara, yakni Wakil Pemimpin Redaksi harian Kompas Trias Kuncahyono, Wakil Pemimpin Redaksi Solo Pos Wahyu Susilo, Pemimpin Redaksi Suara Merdeka Onlin Aulia A Muhammad, Pemimpin Redaksi Global TV Siane Indriyani, dan Wakil Pemimpin Redaksi Harian Joglosemar, dengan pembawa acara Kris Biantoro.

Pemimpin Redaksi Suara Merdeka Onlina Aulia A Muhammad mengatakan, konflik internal raja-raja Jawa dahulu sering berakhir tanpa penyelesaian tuntas. Solusi yang diambil, kalau terjadi perpecahan, maka satu pihak membentuk kerajaan baru. "Cara-cara seperti ini masih terus berlanjut sampai saat ini di bangsa kita. Lihatlah parpol-parpol kita, seperti PKB yang katanya Partai Kebangkitan Bangsa, tapi tidak bangkit-bangkit, malah justru pecah belah. Inilah karena penyelesaian konflik yang tidak tuntas," ujarnya.

Pembicara pertama, Trias Kuncahyono, mengatakan, media massa memiliki keberadaan strategis dalam perjalanan suatu bangsa. "Media massa, cetak maupun elektronik, adalah menggunakan kata-kata. Kata adalah kekuatan yang mahabesar. Kaum beriman mengenal kata kisah penciptaan, Terjadilah, maka terjadi.
Tetapi kata bisa juga menghancurkan. Kalau media sering menyajikan kata-kata kebencian, maka kehancuran akan cepat terjadi," ujarnya sembari mengimbau kalangan pers turut menyajikan berita-berita baik yang menyejukkan pembaca.

Mencegah konflik di masyarakat tradisional, kata Sultan, harus dimulai dengan perubahan pola pikir dan hidup dengan mulai biasa berkompetisi. "Kalau masyarakat tradisional beranggapan kompetisi itu merusak harmoni, sedangkan masyarakat modern menganggap kompetisi suatu hal yang baik sejauh masih bertujuan positif dan dapat dikendalikan."

Sultan juga membandingkan pelajaran hak asasi manusia versi Barat dan Jawa. "Kalau di Barat ditulis, jika kamu memukul orang, maka kamu melanggar pasal sekian... tetapi bagi leluhur kita, ajaran itu berbunyi, jika kamu sakit karena dipukul orang, maka kamu jangan pernah memukul orang," katanya. (persda network/domuara ambarita)
http://www.kompas.com/read/xml/2008/05/22/13345015/sultan.hbx.menyemai.bibit.malu.korupsi

[+/-] Selengkapnya...

Ngobrol dengan Penemu Beras Merah Putih

LAKI-LAKI setengah baya itu duduk di kursi kayu berajut rotan. Sorot matanya sayup, kelopak sipit, seperti orang mengantuk. Artikulasi bicaranya kurang jelas, sedang sariawan. Tapi pancaran wajahnya masih kentara, dia berdarah biru. Tak salah, pria itu adalah salah satu cicit Sultan Hamengku Buwono VII.

Kulit sawo matang, rambut memanjang sebahu. Kumis yang tak begitu lebat dibiarkan melengkung. Dialah BSW Adji Koesoemo (43), seorang pegiat pertanian di Yogyakarta.

Sekilas, dia orang biasa-biasa saja. Namun karya-karya penemuannya cukup menakjubkan. Di antaranya dia membudidayakan beras dwiwarna, merah putih, kemudian memproduksi minyak bahan bakar alternatif berbahan baku biota laut plankton, dan kendaraan panser bertenaga listrik.

Ikhwal beras dwiwarna, satu butir padi terdiri atas dua warna, putih dan merah, seperti bendera Indonesia ditemukan Adji Koesoemo bersama Hertanto. Awalnya memang bukan penelitian ilmiah, tetapi lebih pada keajaiban. Mereka mendapatkan buliran padi tersebut
dari penduduk yang menemukan di bawah reruntuhan candi di kawasan Klaten, 16 Februari 2006. . Beras ini diduga berasal dari sekitar abad VII.

"Saat ditemukan wujudnya sudah beras, bukan bentuk padi. Saya merasa terkejut, kok bisa, warnanya separuh merah, separuhnya lagi putih," papar mantan aktivis mahasiswa itu pada acara penyerahan bibit padi varietas Merah Putih RI-1 bersama Sri Sultan Hamengku Buwono X, Walikota Salatiga, John Manoppo kepada petani Salatiga di rumah makan Jolgo Murni Jalan Kartini, Salatiga, Jawa Tengah, baru-baru ini.

Beras merah putih, kata Adji memiliki kandungan yang lebih baik dibandingkan beras putih atau merah biasa. "Beras Merah putih sangat mendukung pertumbuhan anak-anak karena zat besinya tinngi. Juga mendukung kecerdasan anak-anak, dan untuk orangtua mencegah
tidak mudah pikun karena zat besinya tinggi. Dan bagi penderita diabetes tidak masalah karena karbohidartnya rendah," kata ayah dari tiga anak jebolan FakultasFilsafat UGM itu.

Kandungan zat besi (ferro = Fe) beras merah putih adalah 4,61 mg/100 gram, sedangan beras putih hanya 0,13 mg, dan beras merah tidak terdeteksi. Kandungan zat seng (Zinkum=Zn) 8,30 mg/100 gram, sedangak beras putih 0,6 dan beras merah tidak terdeteksi. Kandungan karbohidrat, ujar Adji, paling rendah yakni 71,34 persen sedangkan beras putih 80 persen dan beras merah biasa 75 persen.

Manusia membutuhkan banyak zat di antaranya zat besi, zat seng , karbohidrat. Menurut Data Balai Penelitian tanaman Padi, kekurangan zat besi dalam tubuh dapat menyebabkan anemia, sedangkan kekurangan zat seng menghambat pertubumbuhan pada bayi, mengganggu imunitas dan menghambat penyerapan zat besi.

Dewasa ini diperkirakan lebih dari 50 persen wanita hamil dan 40 persen anak sekolah di Asie menderita anemia yang dikaitkan akibat kekurangan zat besi dalam tubuhnya. Padahal zat-zat itu dapat diperoleh pada makanan berbahan baku beras atau tepung beras.

Suami dari drg Evi Herati ini menamai beras Merah Putih RI-1, karena beras ini mirip dengan bendera Republik Indonesia. Dia berharap, mudah-mudahan ke depan Indonesia berdaulat dalam pangan, tidak seperti kondisi saat ini menjadi negara pengimpor beras.

Mengutip data BPS dan Gabungan Perusahaan Makanan dan Minuman (Gapmi), pada tahun 2007, 224,90 juta penduduk Indonesia membutuhkan beras 34,19 juta ton. Lahan areal pertanian seluas 11,59 juta hektar menghasilkan 34,31 jota ton beras, sehingga masih surplus 0,12 juta ton. Tahun 2008, diperkirakan minus 320 ribu ton beras, kemudian tahun 2010 minus 750 ribu ton, dan tahun 2020 minus 5,37 juta ton. Kekurangan ini
disebabkan lonjakan jumlahpenduduk, sedangkan di sisi lain areal pertanian tidak bertambah atau bahkan berkurang.

Adji, laki-laki kelahiran kelahiran Yogyakarta 4 November 1965. Dia adalah salah satu cicit Sultan Hamengku Buwono VII. Menurut Adji, saat beras Merah Putih ditemukan dua tahun lalu, berjumlah 160 butir. Selain beras ada juga jagung dan kacang hijau di dalamsatu wadah.

Didorong rasa ingin tahu yang sangat tinggi, Adji pun mencari berbagai cara untuk melestarikan padi itu kendatipun, dengan spekulasi. Dia beserta kawannya bernama Hertanto, mereka memilah- milah beras yang masih tampak bagus, dan didapat 120 bulir yang masih memiliki mata beras. Untuk percobaan di bagi dua, 100 butirt ditanam telanjang atau polos apa adanya, sedangkan sisanya ditutupi media sekam padi rojolele.

"Saya harap-harap cemas, ini bisa tumbuh apa tidak. Tapi menakjubkan, dari 120 yang ditanam ternyada ada 88 berkecambah, dan ada tujuh batang yang tumbuh dengan masing-masing dua anakan, jadi ada 21 batang padi. Semua saya juga cemas, karena sampai umur tiga bulan, tinggi padi hanya 5 cm, barulah umur limasetengah bulan terlihat tinggi dan berbuah. Dari 21 induknya dihasilkan 2.411 bulir padi yang kemudian dibudidayakan di 12 daerah," kata Adji berseri-seri.

Setelah dapat panen pertana, generasi kedua, beras merah putih dikembangkan di berbagai daerah seperti Kediri, Sumenep, Pati, Banyumas, Sabdodadi-Bantul, Banjarnegara, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, dan Bali, untuk dibudidayakan. bahkan saat ini, sudah dikembangkan di 230 titik di berbagai provinsi.

Selain kelebihan dalam kandungan zat-zat yang dibutuhkan manusia beras merah putih dibandingkan beras biasa, Adji mengatakan, beras ini lebih tahan terhadap hama. Karena pengembangbiakannya adalah organik, tanpa menggunakan puku-pupuk kimia, atau pestisida.

"Dengan menanam padi Merah putih, saya sekalian mengimbau agar petani ktia jangan menanam opadi hibrida. Sebab dengan padi hibrida varietas baru selalu dikuti hama baru. Jangan-jangan dengan hama baru, eksportir akan memasukkan pestisida dagangannya, " pinta Adji. (persda network/domuara ambarita/IGN sawabi)

[+/-] Selengkapnya...

Jumat, 16 Mei 2008

Rapat Tak Pernah Kuorum, Studi Banding Pasti Kuorum

JAKARTA, JUMAT- DPR RI sering melakukan kunjungan kerja ke luar negeri. Sayangnya, setiap ada studi banding selalu ada masalah. Yang lebih menonjol bukan agenda kunjungan kerjanya, melainkan acara jalan-jalan. Ini terlihat dari evaluasi hasil kunjungan biasanya tidak terlihat, yang ada justru jalan-jalan dan belanja.

Demikian dikatakan Anggota Badan Pekerja Indonesian Corruption Watch (ICW) Bidang Politik dan Korupsi Emerson Junto, kepada Persda Network. Emerson menilai anggota DPR lebih senang jalan-jalan ke luar negeri daripada kunjungan kerja kepada konstituen di daerah.

Praktik-praktik inilah yang memperburuk citra lembaga DPR, terutama setelah terungkapnya kasus korupsi yang menyeret anggtao DPR terutama tertangkapnya Al Amin Nur Nasution dalam kasus penyuapan bersama Sekda Bintan, Provinsi Kepulauan Riau.

"Kejadian ini menjadi ironi. Kalau urusan jalan-jalan, anggora DPR pasti kuorum. Tetapi kita sudah lihat, kalau membahas masalah strategis mengenai bangsa dan negara ini, anggota DPR yang iktu rapat jarang memenuhi kuorum," ujar Emerson.

Pertanyaan selanjutnya, apakah anggota DPR boleh membawa keluarga saat kunjungan, apalagi staf pun membawa serta istrinya. Hal semacam ini tidak jelas di DPR. "Karena itu, saya punya pemikiran, mari kita mendesak agar dana alokasi untuk kunjungan kerja anggota DPR yang ternyata membawa serta istrinya agar dikembalikan kepada kas negara," kata Emerson.

Emerson Juto melihat, sence of crisis anggota DPR sangat rendah. Ini di luar jangkauan akal sehat. Ia mengatakan, "Anggota DPR yang seperti ini sudah tidak punya hati nurani, sebab mereka jalan-jalan ke Argentina justru di saat orang sibuk mengurusi BBM. Kalaulah perlu merumuskan RUU Pilpres, mestinya berpikirnya dibalik. Datangkan saja pakar dari Argentina, yang biayanya lebih murah dibandingkan harus anggota DPR dan staf berangkat ramai-ramai ke
sana."

Ketika hasil studi banding ke luar negeri ditanya, kata Emerson, DPR tidak dapat menunjukkan hasil yang sangat bagus. Yang ada adalah nota belanja dan jajan. Dalam kasus ini, mari kita desak agar mereka mengembalikan dana studi banding, terutama untuk istri atau keluarga. Jika tidak, maka mereka dimasukkan dalam kategori politisi yang tidak punya etika, sehingga jangan dipilih tahun 2009. (Persda Network/Domuara Ambarita)
http://www.kompas.com/index.php/read/xml/2008/05/16/12562635/rapat.tak.pernah.kuorum.studi.banding.pasti.kuorum

[+/-] Selengkapnya...

Jadwal "Jalan-jalan" DPR di Argentina

JAKARTA, JUMAT-Rombongan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang berangkat Argentina berjumlah 27 orang yang terdiri dari 12 anggota DPR, 3 keluarga, 11 staf dan 1 orang istri staf.

Mereka berangkat sejak tanggal 12 Mei yang lalu, dan akan kembali tanggal 20 Mei. Berikut ini jadwal kegiatan mereka di Argentina dan daftar nama-nama yang berangkat

*Senin (12/5)
Pukul 20.00 WIB berkumpul di Bandara Soekarno Hatta.
Pukul 22.10 tinggal landas menuju Bandara Changi, Singapura.

*Selasa (13/5)
Pukul 00.45 tiba di Singapura (transit)
Pukul 02.00 tinggal landas menuju Dubai Uni Emirat Arab.
Tiba pukul 10.00 setelah transit, ganti pesawat terbang lagi ke ke Sao Paolo, Brasil.
Pukul 17.55 Tiba di Sao Paolo
Pukul 21.30 tinggal landas menuju Buenos Aires, Argentina

* Rabu (14/5)
Pukul 00.30 tiba Buenos Aires, check-in di Park Chateau Kempinski
Pukul 09.00-11.00 rapat dengan parlemen
Pukul 13.00-17.00 rapat dengan Camara Nacional Electoral (KPU)

* Kamis (15/5)
Pukul 09.00-11.00 Rapat dengan Lembaga Penyelesaian Konflik Pemilu (Electoral Management Body)
Pukul 13.00-17.00 Tamasya ke Delta Tigre dan Colon Theatre

* Jumat (16/5)
Pukul 07.00 check-out dari hotel
Pukul 08.30-11.00 tamasnya ke 9th Juli Avenue, Obalisk, Metropolitan Cathedral, Cabildo dan menuju bandara
Pukul 18.00 tiba di Sao Paolo, check-in di Novotel Jeregua
Pukul 19.00-21.00 pertemuan dengan KBRI

* Sabtu (17/5) hingga Minggu (18/5)
Dua hari penuh, tamasya dalam kota
Minggu 19.00 check-out dan menuju bandara

* Senin (19/5)
Pukul 01.25 tinggal landas menuju Dubai
23.05 tiba di Dubai, rombongan berpisah dan sebagian umroh

* Selasa (20/5)
Pukul 16.25 tiba Bandara Soekarno Hatta

Rombongan DPR yang berangkat ke Argentina

  1. Yasonna Hamonangan Laoly (PDIP)
  2. Yuliani Paris (PAN)
  3. Saraswati (PDIP)
  4. Mayongpadang (PDIP)
  5. Rerung Rante (istri Jacobus Mayongpadang)
  6. Azwar (PPP)
  7. Muliani (istri Hasril Azwar)
  8. Akbar (PAN)
  9. Jaya (PAN)
  10. Mas'hum (PKB)
  11. Fayumi (PKB)
  12. Bakar (suami Badriyah)
  13. Muzammil Yusuf (PKS)
  14. Juwaini (PKS)
  15. Marasal Hasibuan (PDS)
  16. Budiaji (staf)
  17. Widianto (staf)
  18. Murti Hartono (staf)
  19. Sudarsono (staf)
  20. Adiningrum (istri Sudarsono)
  21. Abdullah (staf)
  22. Mustari (staf)
  23. Simbolon (staf)
  24. Putra Raharjo (staf)
  25. Suswantoro (staf)
  26. Mulyana Saleh (staf)
  27. Mariati (staf)
(Persda Network/Rachmat Hidayat/Domuara Ambarita)

[+/-] Selengkapnya...

Anggota DPR Bawa Keluarga Plesir ke Argentina

JAKARTA, JUMAT- Aksi turun ke jalan yang dilakukan mahasiswa dan masyarakat semakin marak menolak rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Usul dan desakan dari banyak pakar pun meminta pemerintah meningkatkan penghematan sebagai solusi alternatif agar tidak menaikkan harga BBM.

Di tengah situsi kalut demikian, sejumlah 12 anggota DPR dari Panitia Khusus Rancangan Undang-undang (RUU) Pemilihan Presiden membawa serta istri atau suami dalam kunjungan kerja ke Argentina, selama sembilan hari sejak Senin (/12/5) hingga Selasa (20/5).


Agenda resmi Pansus RUU Pilpres yang diterima Persda Network adalah studi banding hanya dua hari dari total sembilan hari. Jadwal pertama adalah bertemu dengan perlemen dan rapat bersama Komisi Pemilihan Umum (KPU) dilangsungkan Rabu (14/5). Pertemuan dengan parlemen dilangsungkan dua jam, pukul 09.00-11.00 waktu setempat. Selepas makan siang, dilanjutkan pertemuan dengan Camara Nacional Electoral semacam KPU-nya Argentina, hingga pukul 17.00 waktu Argentina.

Kemudian kemarin, Kamis (15/5), rombongan Pansus RUU Pilpres rapat dengan Lembaga Penyelesaian Konflik Pemilu atau Electoral Management Body), juga dua jam, pukul 09.00- 11.00. Selain acara resmi pada dua hari itu, dan jadwal kepulangan, rombongan mengisi banyak bertamasya, yang di dalam jadwal dituliskan sighseeing City Tour. Misalnya, Kamis (15/5) selama empat jam sejak pukul 13.00, tamasya ke Delta Tigre, Provinsi Buenos Aires, Argentina, dan mengunjungi Colon Theatre.

Setengah hari ini, Jumat (16/5) diisi acara tamasya ke 9th Juli Avenue, Obalisk, Metropolitan Cathedral, Cabildo. Sore ini terbang ke negerinya Pele, Brasil dan menginap di Novotel Jeregua. Besok, Sabtu (17/5) dan lusa, dua hari penuh, dari pagi hingga malam, rombongan DPR bertamasya menjelajah Kota Sao Paolo. Barulah Senin (19/5) rombongan tinggal landas menuju Dubai, Uni Emirat Arab. Dari sana sebagian akan melanjutkan umroh, dan sebagin lagi kembali ke tanah air.

Anggota DPR melakukan kunjungan kerja dengan uang saku 500 dollar AS atau Rp 4,6 juta per hari/orang. Ada 12 orang anggota DPR masing-masing mendapat uang saku sebesar 500 dollar AS/hari ataus setara Rp 4,6 juta. Total per hari menghabiskan uang negara 6.000 dollar per hari atau 48 ribu dollar atau senilai Rp 441 juta dalam delapan hari. Tidak termasuk biaya untuk 10 orang staf.

Masing-masing mendapat uang saku 500 dollar Amerika Serikat atau setara Rp 4,6 juta per hari. Anggota DPR yang berangkat studi banding ke Argentina pada masa persidangan IV Tahun Sidang 2007-2008 mewakili semua fraksi di DPR, kecuali Partai Golkar dan Partai Demokrat. Jumlah rombongan yang berangkat 27 orang, dengan rincian 12 anggota DRP, dua istri anggota DPR, satu suami anggota DPR, 12 staf dan seorang istri staf.

Mereka yang berangkat berserta pasangan adalah Jacobus Mayongpadang biasa disapa Kobu (PDIP) beserta istri Emmy Rerung Rante, Hasril Azwar (PPP) beserta istri Nani Muliani, Badriyah Fayumi (PKB) beserta suaminya Abu Bakar. Kemudian Sudarsono (staf), beserta istrinya Evi Adiningrum. Telepon seluler Yasonna Hamonangan Laoly, Jacobus, Badriyah Fayumi, dan Patrialis Akbar, misalnya menjawab dengan kotak suara atau veronika berbahasa Argentina.

Ketua Fraksi PDIP Tjahjo Kumolo yang juga anggota Pansus RUU Pilpres mengaku tidak tahu tentang kabar keberangkatan anggota Pansus ke Argentina. "Saya juga anggota Pansus, tapi saya malah tidak tahu ada anggota Pansus yang kunker (kunjungan kerja)k e Argentina," ujar Tjahjo.

Tjahjo mengaku, bebrapa kali ikut kunjungan kerja DPR ke luar negeri. Dia pun mengaku pernah membawa serta istri bepergian. Karena itu, dia tidak mempermasalahkan bila ada anggota DPR yang membawa serta istri atau suaminya saat kunjungan kerja ke mancanegara. "Boleh saja membawa istri atau suami dengan syarat dibayar sendiri. Saya juga saat membawa istri membayar sendiri biaya-biaya untuk istri, mulai dari tiket pesawat, hotel dan makannya," ujar politisi PDIP ini.

Mengapa anggota DPR boleh membawa istri atau suami ke luar negeri? "Ada sekali waktu, anggota DPR baru sembuh dari sakit. Karena suaminya harus melakukan tugas, maka istri diikutkan untuk mendamping, dengan komitmen semua biaya ditanggung sendiri."

Diterangkan, Pansus RUU Pilpres memang sudah lama menjadawalkan studi banding ke Argentina, jauh hari sebelum ada rencan apemerintah menaikkan harga BBM. Setiap Pansus beranggotakan 50 orang. Namun karena semangat penghematan, maka yang berangkat untuk kunjungan kerja dibatasi hanya 10-12 orang anggota DPR.

Tjahjo juga mengatakan, tidak ada pos uang saku atau uang jalan bagi anggota DPR yang kunjungan kerja. "Istilah uang saku itu tidak ada. Yang ada uang keperluan misalnya untuk membayar hotel, tiket dan makan, yang besarnya tidak lebih 10 juta sehari," katanya.

Ketua Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (FPPP) di DPR, Lukman Hakim Syaifuddin menegaskan tidak ada aturan melarang istri/suami anggota dewan untuk ikut serta dalam kunjungan kerja pansus RUU Pilpres DPR RI ke Argentina. Karenanya, ikut sertanya Nani Muliani, istri anggota FPPP Hasrul Azwar, tidak terlalu dipermasalahkan oleh Lukman. "Tidak ada aturan. Apalagi, kalau mengajak suami atau istri itu kan bayar dengan biaya sendiri," ujarnya.

Lukman mengaku tidak mempermasalahkan karena tidak mungkin kunjungan ke Argentina tersebut memakai uang anggaran DPR (negara). Tapi memang murni merogoh kocek pribadinya. "Pasti biaya pribadi lha. kalau tidak biaya pribadi lalu dari mana. Kan negara tidak membiayai istri pejabat," sambung dia.

Salah satu vokalis Senayan yang kerap menjadi narasumber wartawan ini juga tidak mempermasalahkan kunjungan sejumlah anggota dewan ke Argentina di saat kondisi negara tengah terpuruk seiring kabar rencana kenaikan harga BBM. ia mengaku kunjungan tersebut masih proporsional. "Kunjungan ke sana itu kan memang sudah terprogram lama. Anggarannya tersedia. Dan itu memang untuk keperluan RUU itu. Jadi saya melihatnya proporsional saja," lanjut Lukman. (Persda Network/Rachmat Hidayat, Hadi Santoso, Domuara Ambarita)

Klik juga:
http://www.kompas.com/index.php/read/xml/2008/05/16/12131730/anggota.dpr.bawa.keluarga.plesir.ke.argentina

[+/-] Selengkapnya...